Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihatlah Anak-anak Indonesia Bermain Gamelan di Luar Negeri...

Kompas.com - 18/05/2015, 09:51 WIB
KOMPAS.com - Setiap hari Rabu, anak-anak Indonesia di kota Brussel melakukan kegiatan seni yaitu menggambar, bermain serta berlatih gamelan Bali. Kegiatan ini merupakan rutinitas untuk  mengajak anak-anak Indonesia yang berdomisili di Belgia mengenal budaya Indonesia melalui kreatifitas berkesenian.

Kegiatan anak-anak Indonesia ini terwadah dalam sebuah taman bermain yang dinamakan "Tamasya" atau Taman Anak Masyarakat Indonesia Belgia. Tamasya didirikan pada tanggal 7 Desember 2011 atas  prakarsa Sartika Oegroseno (istri Dubes Havas Oegroseno), Andi Yudha Asfandiyar (Pembina kreatif menggambar), Made Agus Wardana (pelatih gamelan) dan DWP KBRI Brussel bertindak selaku pembimbing serta dukungan Pensosbud KBRI Brussel.

Awal bulan Februari 2015 lalu, saya secara gencar mengajarkan sebuah gending Bali yaitu tabuh iringan tari Pendet kepada anak-anak Tamasya ini. Waktu pelajaran adalah 2 jam dengan istirahat 20 menit dari pukul 15.00-17.00. Dengan susah payah saya mengajarkan anak-anak ini agar mereka mampu memainkan gending pendet yang akan dipentaskan dalam acara Perayaan Saraswati terbesar di Taman Pairi Daiza, Belgia pada 2 Mei 2015.

MADE AGUS WARDANA Kegiatan anak-anak Indonesia di Brussel ini terwadah dalam sebuah taman bermain yang dinamakan
Waktu yang terlalu singkat membuat hati saya berdebar-debar dan ragu atas kemampuan anak-anak Indonesia ini. Tabuh iringan tari pendet memiliki kerumitan tersendiri, karena adanya dinamika musik, tempo berubah-ubah, suara keras dan lirih serta konsentrasi tinggi untuk seorang penabuh cilik seperti  grup Tamasya ini.

Berbagai persoalan saya hadapi, waktu terlalu singkat, penabuh terlalu kelelahan dan terlihat bosan berlatih. Kemudian kesibukan anak-anak tentang sekolah masing-masing sehingga ada yang absen. Berlatih gamelan menjadi tersendat.

Namun demikian dikala latihan kembali, saya mencoba mencuri perhatian mereka dengan memberikan les tambahan, memberikan ruang waktu untuk bercanda ria, bercerita lucu, tertawa sejenak hingga  bermain bola bersama ketika waktu istirahat. Tujuannya membangkitkan kemauan mereka serta memotivasi semangat latihannya. Saya selalu bergumam dalam hati, "Yang penting kalian senang anak-anakku, apa pun akan kulakukan untukmu sayang".

MADE AGUS WARDANA Anak-anak Indonesia belajar gamelan di Kota Brussel.
Alhasil sungguh di luar perkiraan saya, mereka sangat antusias berlatih. Sedikit demi sedikit gending itu dikuasai dengan cukup baik. Walaupun masih level cukup, saya selalu membesarkan hati anak-anak tersebut. Saya juga  melakukan latihan tambahan khususnya kepada penabuh yang masih kebingungan menguasai gending. Tanpa ada rasa malu ataupun segan, anak-anak ini berhasil menguasai gending pendet tersebut tanpa beban sedikit pun.

Di sini lah saya mulai percaya diri dan seratus persen yakin bahwa mereka pasti akan bisa melakukannya. Harapan saya menjadi kenyataan, anak-anak Indonesia ini perkembangan teknik menabuh dan daya ingatnya semakin kuat.

Di samping itu yang membuat mereka sangat antusias lebih adalah dukungan orangtua mereka terutama tim DWP KBRI Brussel yang selalu hadir di tengah latihan. Menjamu semangat dengan makanan dan minuman kecil sangatlah berarti. Ini menjadi penting bukan sebagai  perhatian semata  tetapi memotivasi mereka agar berperilaku disiplin  melakukan sebuah kegiatan.

MADE AGUS WARDANA Tari Pendet dipentaskan dalam acara Perayaan Saraswati terbesar di Taman Pairi Daiza, Belgia pada 2 Mei 2015.
Kedisiplinan itu akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan anak-anak itu sendiri. Semenjak  kecil akan terpatri hatinya bahwa disiplin waktu, disiplin belajar serta mencintai budaya seperti bermain gamelan akan berbekas positif dipikiran mereka hingga dewasa nanti.

Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari Sabtu, 2 Mei 2015 merupakan perayaan Saraswati sebagai Perayaan Ilmu Pengetahuan bagi umat Hindu Bali di Eropa. Perayaan Saraswati ini dikoordinir oleh komunitas masyarakat Bali Belgia-Luxembourg yaitu Banjar Shanti Dharma yang bekerja sama dengan pemilik Taman Pairi Daiza Belgia.

Kegiatan ini juga didukung oleh KBRI Brussel serta masyarakat Bali di Eropa. Sebanyak 500 masyarakat Bali dari 12 negara di Eropa (Belgia, Perancis, Belanda, Luxembourg, Jerman, Irlandia, Polandia, Norwegia, Swiss, Inggris, Swedia dan Italia) hadir di tengah perayaan tersebut dengan mempertunjukan kesenian dan budaya Bali ke hadapan ribuan pengunjung taman Pairi Daiza.

MADE AGUS WARDANA Tari Pendet dipentaskan dalam acara Perayaan Saraswati terbesar di Taman Pairi Daiza, Belgia pada 2 Mei 2015.
Uniknya lagi ada sekitar 100 penari dan penabuh berkesempatan menunjukan kreatifitasnya dalam berkesenian menampilkan berbagai seni budaya Bali. Taman Pairi Daiza, sebagai taman budaya dunia  dan konservasi flora dan fauna yang terletak 85 km dari kota Brussel menjadi penuh sesak karena dipadati pengunjung.

Grup kesenian yang pertama kali membuka pertunjukan kesenian tersebut adalah Tamasya KBRI Brussel. Lagi-lagi perasaan saya berdebar-debar melihat wajah tegang anak-anak Indonesia ini. Dengan penuh perhatian, saya meyakinkan mereka melalui pengeras suara, "Anak-anak harus semangat ya".

Anak-anak menjawab dengan senyuman sambil bersiap-siap memainkan gamelan. Jadi sebelum dimulai, saya mengajak mereka melakukan latihan untuk menghilangkan perasaan tegang. Pada awal-awalnya tampak sekali mereka masih ragu-ragu dan kurang percaya diri. Tak lama kemudian keraguan itu berangsur-angsur hilang. Sedikit demi sedikit bunyi gamelan terasa lebih keras dan nyaring. Saya berdesah dalam hati, "Hmmm... Wajah-wajah mungil terlihat  ceria dan ini pertanda baik.

(Klik di sini untuk melihat penampilan mereka pada saat masih latihan: video sebelum pertunjukan).

MADE AGUS WARDANA Umat Hindu Bali merayakan hari Raya Saraswati, Sabtu (2/5/2015), di Pura Agung Shanti Bhuwana - Pairi Daiza, 85 km dari kota Brussel, Belgia.
Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba para penari pendet sudah menyiapkan diri. Para penari ini adalah anak blasteran atau keturunan Belgia-Bali Indonesia. Dengan bokor (tempat bunga) mereka mempersiapkan diri untuk menari. Para penari Pendet ini dilatih oleh Eka Santi Dewi, seorang penari Bali yang tinggal dari Antwerpen Belgia.

Gerak demi gerak terlampaui, bunyi gamelan semakin harmoni terdengar, seledet matanya sangat kuat dan penuh ekspresi. Bunga ditaburkan ke publik sebagai sambutan selamat datang.  Penonton menyambut ramah taburan bunga tersebut. Para penabuh grup Tamasya KBRI Brussel juga sangat hebat memainkan gamelan Pendet.

Pertunjukan itu berjalan dengan lancar dan baik. Anak-anak Tamasya dan para penari cilik hatinya sangat senang. Para penonton memberi tepuk tangan yang tidak terhingga, para orangtua sangat bangga. Bangga akan keberanian mereka, bangga akan disiplin mereka, bangga akan kecintaan mereka kepada Budaya Indonesia.

MADE AGUS WARDANA Anak-anak Indonesia belajar gamelan di Kota Brussel.
Tidak ada yang tahu, bahwa saya lebih bangga dari siapa pun di antara ribuan orang yang menyaksikan pertunjukan tersebut. Kebanggaan bukan saja karena mereka mampu memainkan gamelan, akan tetapi bangga karena anak-anak Indonesia khususnya yang lahir dan menetap di Eropa ini bisa mempelajari tradisi budaya nenek moyangnya.

Si kecil pun akan terkesan selamanya. Sambil melirik kepada ketiga anak saya yang bermain gamelan, saya mengucapkan, "Bravo sayang, kalian telah memberikan semangat kuat untuk papa dalam berkesenian ini". (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)

(Klik disini untuk melihat pertunjukan final: pertunjukan tari pendet)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com