Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Naira, Mengenang Hatta-Sjahrir

Kompas.com - 19/05/2015, 13:49 WIB
BANDA NAIRA, KOMPAS - Saat pesawat kecil jenis Cessna 208 B milik perusahaan penerbangan ASI Pudjiastuti Aviation yang kami tumpangi mendarat di Bandar Udara Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dua pekan lalu, Naira menyapa pengunjung dengan pesona alamnya yang berpadu dengan kenangan sejarah. Pulau mungil dengan luas 19,33 kilometer persegi di tengah Laut Banda itu menyimpan kenangan masa perjuangan bersama Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.

”Selamat datang di Banda Naira,” kata kopilot Redfa kepada 11 penumpang yang terbang selama satu jam dari Bandara Pattimura, Ambon. Beberapa penumpang, di antaranya wisatawan asing yang mengaku baru pertama kali datang ke Banda Naira, langsung mengemukakan kesan pertama terhadap tempat itu. Indah.

Tak hanya pesona keindahan, Kepulauan Banda yang terdiri atas 10 pulau itu juga kaya dengan potensi alam, baik di darat maupun di laut. Laut kaya dengan teripang dan tuna kualitas terbaik di dunia, sementara di darat terkenal karena pala dan cengkehnya sejak zaman Romawi.

Hal itu pula yang menarik kedatangan bangsa Eropa ke Banda mulai tahun 1512. Begitu Des Alwi, putra Banda Naira, menulis dalam bukunya yang berjudul Sejarah Banda Naira.

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN Tempat tidur Bung Hatta masih tertata rapi dengan seprai dan kelambu warna putih.
Pesona dan kekayaan alam itu dilengkapi dengan kisah masa lalu para tokoh nasional. Banda menjadi salah satu tempat pengasingan Hatta dan Sjahrir selama enam tahun, yakni kurun 1936-1942. Sebelum ke Banda, pemerintah kolonial Belanda sempat mengucilkan mereka di Boven Digoel, Papua. Banda merupakan tempat terakhir sebelum mereka kembali ke Jakarta dan menuntaskan agenda mahabesar, yakni Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Kenangan paling berkesan Hatta dan Sjahrir adalah sekolah sore yang mereka adakan untuk warga pribumi, di antaranya Des Alwi. Des kemudian dijadikan anak angkat oleh Hatta dan Sjahrir yang ia sapa sebagai Oom Kacamata dan Oom Rir. Des kemudian disekolahkan ke luar negeri.

Kini, kenangan itu masih tersimpan di situs sejarah Rumah Pengasingan Bung Hatta. Di belakang rumah pengasingan masih ada tujuh pasang meja dan bangku, serta papan tulis yang masih terbaca bekas tulisan Hatta ”Sedjarah Perdjoeangan Indonesia Setelah Soempa Pemoeda di Batavia Pada Tahun 1928”.

Sementara itu di dalam rumah masih tersimpan sepasang sepatu, kacamata, dan jas. Tempat tidur Hatta dengan seprai putih beserta kelambu juga terpasang rapi. Meja kerja dan rak buku juga masih berdiri. Terpajang pula sejumlah foto Hatta bersama warga Banda.

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN Kacamata Bung Hatta yang disimpan di rumah bekas pengasingan tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia itu di Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Kacamata itu menjadi ciri khas Bung Hatta sehingga ia lebih populer dengan panggilan Oom kacamata.
Tempat itu menjadi salah satu obyek wisata sejarah yang paling sering didatangi wisatawan atau peneliti sejarah, baik dalam maupun luar negeri. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Hatta Sjahrir juga menjadikan rumah pengasingan sebagai laboratorium untuk program studi sejarah. Nama kampus yang berdiri di depan Pelabuhan Banda Naira itu untuk mengenang Hatta dan Sjahrir.

Setelah tidak lagi menjabat Wakil Presiden, tahun 1972, Hatta pernah mengunjungi Banda Naira. Ia disambut seperti anak asli pulau itu. Banyak warga menangis ketika Hatta pulang ke Jakarta. Sama seperti pada Februari 1942 ketika Hatta dan Sjahrir mengakhiri masa pembuangan di sana.

Kendati semua saksi sejarah yang bersama Hatta dan Sjahrir selama masa pembuangan sudah meninggal, kenangan tentang Hatta yang diceritakan secara turun-temurun oleh warga Banda Naira tak hilang dimakan waktu. Kompas dengan mudah menghimpun kenangan itu dari setiap warga yang ditemui. Bagi siapa saja yang datang ke Banda, kenangan Hatta dan Sjahrir akan diputar kembali. (Fransiskus Pati Herin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com