Nasi tempong hadir di Festival Kuliner Banyuwangi beberapa waktu lalu. Sebanyak 200-an koki profesional hingga amatiran berlomba membuat sambal tempong yang istimewa. Masing-masing pun menyajikan nasi tempong berbeda, ada yang memakai resep sambal teri, ada yang memakai terasi, ada pula yang menjajal dengan petis. Satu resep pun jadi seribu rasa.
Nasi tempong adalah nasi dengan sambal pedas yang menggigit khas Banyuwangi dengan paduan rasa segar tomat ranti, terasi, cabai rawit, dan jeruk sambal. Sambalnya selalu segar karena dibuat langsung begitu kita memesan makanan. Meski dikenal pedas, pembeli bisa mengatur sendiri level pedas yang diinginkan, mau yang pedasnya malu-malu, sedang, atau yang menampar.
Nasi tempong biasanya disajikan hangat, dengan paket lauk gorengan yang serba gurih, seperti tempe, tahu, perkedel jagung, dan ikan asin. Biasanya penjual juga menyediakan lauk opsional yang bisa ditambah, seperti telur dadar, cumi asin, ayam goreng, ikan laut, hingga rempeyek alias iwak peyek. Sayur rebus, seperti labu siam, genjer, bayam, terong, dan kemangi, pun melengkapi hidangan rakyat itu.
Di festival itu, nasi tempong memang dihadirkan untuk dikenalkan sebagai kuliner khas Banyuwangi. Chef Marinka yang hadir dalam festival itu ikut mengulek sambal tempong buatannya. Nasi tempong yang tampaknya sederhana dibuat ala hotel bintang lima. Dilengkapi hiasan dan penyajian yang cantik, tempong pun serasa naik level.
Dari sawah naik ke hotel
Nasi tempong awalnya adalah makanan bekal ke sawah. Biasanya makanan itu disajikan dalam porsi besar. Nasi yang lengkap tersebut menjadi suplai energi bagi petani setelah bekerja keras di sawah.
Sambalnya yang menyengat membuat nasi tempong segera populer menjadi makanan yang banyak dicari. Kini banyak sekali warung dan restoran yang menjajakan nasi tempong sebagai menu utama.
Rudi, salah satu pelanggan Mbok Tik dari Surabaya, mengatakan, sambal yang dibuat oleh Mbok Tik istimewa pedasnya. Sambal itu berbaur dengan daun kemangi mentah dan menciptakan rasa pedas sekaligus segar saat dikunyah. Pedasnya tempong juga diimbangi dengan segarnya rasa tomat ranti dan sedapnya terasi.
Warung Nasi Tempong Sumiyati juga terkenal di kalangan masyarakat Banyuwangi. Warung yang terletak di dekat perempatan Sukowidi ini memberikan porsi jumbo kepada para pembelinya. Pesan satu porsi nasi tempong, maka Anda akan mendapatkan tiga piring sekaligus, masing-masing berisi nasi pulen yang masih berasap, sepiring aneka sayur rebus yang melimpah, dan lauk-pauk lengkap, mulai dari tempe, tahu, perkedel jagung, hingga ikan asin. Harganya pun relatif miring, hanya Rp 12.000-Rp 15.000 per porsi.
Sumiyati yang sudah 20 tahun menjadi peramu tempong memilih menggunakan cara tradisional untuk menanak nasi. Jika yang lain menggunakan penanak dan penghangat nasi otomatis, Sumiyati memilih tetap memakai kukusan bambu. Dengan cara ini, ia bisa menyajikan nasi yang pulen dan konsisten rasanya, juga menyediakan lauk tambahan sesuai selera, seperti telur dadar, ayam goreng, ikan laut, dan cumi-cumi pedas.
Surya, salah satu pembeli dari Surabaya, menyebutkan, nasi tempong Bu Sumiyati berasa lebih mantap. Ia pun sanggup menghabiskan seporsi nasi tempong berukuran jumbo selama masih ada sambal dalam piringnya. ”Nasinya pulen, sambalnya nagih,” katanya.
Murah
Jika ingin harga yang murah lagi, warung Mbok Nah tempatnya. Warung di Jalan Kolonel Sugiarto No 16, Kertosari, ini menjadi langganan berbagai kalangan, dari anak kos hingga pejabat dan pelancong dari luar negeri.
Harga seporsi nasi tempong di Mbok Nah hanya Rp 6.000-Rp 12.000, hampir sama dengan harga nasi bungkus. Bedanya, Mbok Nah menyajikan makanan secara segar. Tak heran jika setiap sore hingga malam, warung Mbok Nah tak pernah sepi dari antrean pembeli. ”Sehari rata-rata 500 porsi terjual,” katanya.
Hotel Blambangan juga menyajikan nasi tempong dengan suasana lawas banyuwangian. Nasi tempong yang pedas dengan porsi yang pas bisa dipesan dengan minuman tradisional temulawak khas Banyuwangi tempo dulu. Camilan tradisional seperti kelemben atau bolu tradisional dan lepet juga bisa menjadi teman seusai bersantap di hotel berarsitektur Belanda itu.
Budayawan Hasnan Singodimayan mengatakan, sego tempong yang notabene makanan rakyat merepresentasikan kekayaan hasil bumi dari Banyuwangi. Nasi berasal dari beras banyuwangi yang terkenal pulen. Nasi itu disantap dengan sambal dari gerusan rawit kawasan penghasil cabai Wongsorejo, dilengkapi lauk dari hasil laut dari pesisir Selat Bali, serta berpadu dengan rasa manis labu siam, sayur genjer, hingga terong dari kaki Gunung Ijen.
Dari sepiring nasi tempong, kekayaan rasa Banyuwangi pun serasa lengkap dicecap. (SIWI YUNITA CAHYANINGRUM)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.