Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seba, Perjalanan Spiritual Baduy

Kompas.com - 26/05/2015, 14:39 WIB

”Tidak diketahui kapan pastinya pertama kali digelar. Baduy tak punya budaya tulis. Hanya budaya ingatan, budaya lisan,” kata Asep yang juga mengikuti perjalanan Seba Baduy. Hanya cerita warisan yang tersisa. Namun pastinya, Seba Baduy menjadi perjalanan spiritual bagi mereka yang menjalani.

Selain interaksi dengan Bapak Gede, bentuk spiritualisme lainnya adalah warga Baduy menyucikan diri. Warga Baduy Dalam mandi di Sungai Cigowel dan Baduy Luar di Sungai Cibanten. Dorongan untuk berkomunikasi langsung dengan Bapak Gede pula yang membuat warga Baduy Dalam rela mengayunkan langkah berhari-hari.

Akan tetapi, seba dalam arti lebih dalam masih jarang digali. Seolah-olah, Seba Baduy bertujuan menyerahkan upeti berupa hasil bumi. ”Padahal, itu adalah bentuk kasih sayang kepada pemimpinnya. Ruh Seba Baduy tidak ditelaah. Jangan salah tafsir. Bukan upeti,” papar Asep.

Tahun baru

Seba juga dilakukan untuk merayakan Tahun Baru Baduy. Warga Baduy memiliki penanggalan adat sendiri. Hanya selama rentang waktu 10 hari pertama, Seba Baduy bisa dilangsungkan. ”Kalau dilangsungkan tiga hari, itu pikiran secara sistematis saja. Warga Baduy berlogika dalam mengukur jarak dan kekuatan,” ujar Asep.

Maka, lanjut Asep, jangan menganggap warga Baduy bodoh karena mereka juga berpikir. Hanya laki-laki yang berumur 10 tahun atau lebih boleh mengikuti Seba Baduy. ”Kalau perempuan tidak ikut itu ada alasannya. Masa, rumah dan anak ditinggalkan. Siapa yang mengurus,” kata Asep.

Toleransi yang tinggi juga ditunjukkan dalam Seba Baduy. Warga Baduy Dalam yang sakit harus tetap melanjutkan perjalanan meskipun harus digendong rekannya. Jumlah warga yang pergi dan kembali harus sama. Asep menambahkan, warga Baduy pun membawa bekal meskipun tidak selalu makanan sesuai perkembangan zaman.

”Kalau beras, terasi, dan ikan asin itu zaman dulu. Sekarang, nasi mungkin dibawa, tapi untuk bekal sampai jarak tertentu,” ujar Asep. Selanjutnya, mereka biasa membeli makanan. Warga Baduy memang sudah mengenal mata uang dari menjual kerajinan, madu, dan tas.

Setelah menuntaskan kunjungan, Minggu (26/4/2015), warga Baduy berkemas dan pulang. Jika warga Baduy Dalam sudah melangkah sekali, tabu pulang sebelum tiba di tujuan. Itu semua demi tugas ngasuh ratu ngajayak menak, mageuhkeun tali duduluran (membimbing para pemimpin negeri, memperkokoh persaudaraan). (Dwi Bayu Radius)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com