Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Pariwisata Optimistis Pariwisata Bisa Naik Kelas

Kompas.com - 27/05/2015, 09:02 WIB
Oleh: Laksana Agung Saputra dan Reny Sri Ayu Taslim

MAKASSAR, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengharapkan sektor pariwisata memberikan sumbangan devisa yang lebih besar kepada negara. Di tengah anjloknya harga dan volume ekspor, potensi pariwisata yang besar mesti menjadi harapan.

"Pariwisata harus jadi sektor unggulan untuk menjadi salah satu penyumbang devisa negara," kata Indroyono dalam pidatonya pada acara seminar nasional pariwisata bertema "Pengembangan Daya Tarik Pariwisata Bahari", di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (26/5/2015).

Menurut Indroyono, di luar sektor minyak dan gas bumi, pariwisata adalah penyumbang devisa negara terbesar keempat. Di atasnya adalah kelapa sawit, batubara, dan karet alam.

Di tengah situasi ketika tiga komoditas itu lesu, Indroyono berharap pariwisata bisa memainkan peran yang lebih besar dalam mendatangkan devisa negara sekaligus menyumbang produk domestik bruto.

Di samping itu, pariwisata adalah industri yang uangnya langsung beredar di masyarakat. "100 persen juga kandungan lokal," kata Indroyono.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya optimistis bahwa sektor pariwisata bisa naik kelas menggantikan sektor migas sebagai penyumbang devisa terbesar. Ini hanya bisa terjadi manakala pariwisata digarap dengan benar mulai dari hulu sampai hilir oleh seluruh pemangku kepentingan.

Pemerintah sendiri, menurut Arief, telah menetapkan pariwisata sebagai satu dari lima sektor prioritas. Adapun empat sektor lainnya adalah maritim, infrastruktur, energi, dan pertanian.

Komitmen itu terwujud dalam politik anggaran. Pada 2015, anggaran promosi wisata dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah Rp 300 miliar. Tahun 2015, alokasinya naik jadi Rp 1,3 triliun. Tahun 2016, pagu indikatifnya Rp 3,6 triliun.

Mulai Juli, menurut Arif, promosi melalui media global sudah akan diluncurkan. Di antaranya adalah Discovery, CNN, CCTV, Google, Youtube, dan TripAdvisor.

"Sudah ada 4 juta orang yang tanya di Trip Adviser tentang Indonesia, tetapi karena kita belum promosi di situ, maka penanya ke negara lain," kata Arief.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Wisatawan asing asal Belgia menaiki becak untuk menikmati suasana kota di kawasan Titik Nol, Yogyakarta, Selasa (2/4/2013). Berwisata dengan becak merupakan salah satu paket wisata yang banyak diminati wisatawan asing saat berkunjung di Yogyakarta.
Dengan peningkatan dana promosi itu, Arief pastikan akan meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.

Tahun lalu, jumlah wisatawan mancanegara adalah 9 juta orang. Tahun ini, targetnya 13 juta orang. Tahun 2019, targetnya 20 juta orang.

"Tanpa perbaikan di aspek lain, hanya dengan promosi yang baik saja, saya bisa tingkatkan wisatawan 50 persen. Untuk naik dari 9 juta ke 13 juta, mudah. Sayang, APBN kita terlambat (pencairannya). Jadi, hanya efektif setengah tahun. Jadi realisasinya sekitar 10 juta," kata Arief.

Hadir pula dalam kesempatan itu, Penasihat Kehormatan Kementerian Pariwisata Mari Elka Pangestu, Direktur Utama PT Pelni Sulistyo Wimbo Hardjito, Direktur Service Garuda Indonesia Nicodemus P Lampe, dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan Jufri Rahman. (Mohamad Final Daeng)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com