Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Pedalangan Wayang Sasak Berdiri di Lombok

Kompas.com - 30/05/2015, 09:26 WIB
Kontributor Mataram, Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Penyerahan gunungan wayang kepada siswa menandai pembukaan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Desa Sesela, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (29/5/2015). Ini merupakan sekolah pedalangan pertama yang berdiri di daerah ini. Sesela, merupakan sebuah kampung budaya yang telah digagas puluhan tahun oleh para budayawan dan seniman desa yang terletak pada perbatasan antara kota Mataram dan Lombok Barat. Di sinilah nantinya, 30 siswa pertama Sekolah Pedalangan Wayang Sasak akan dididik.

Abdul Latif Apriaman, pegiat IDEAKSI sebuah lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan menjelaskan, IDEAKSI bersama Kampung Budaya Sesela saling bersinergi dan mengisi untuk mewujudkan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak. Salah satu budaya dan tradisi suku Sasak yang saat ini kian tergerus zaman. Prosesi tersebut diwarnai pembacaan puisi berjudul "Selandir" oleh Abdul Latif Apriaman.

Menurut Latif, puisi "Selandir" adalah cerminan, betapa nasib wayang Sasak sangat memprihatinkan di mana pertunjukan wayang telah begitu tertinggal dan ditinggalkan oleh perkembangan zaman yang melesat begitu cepat. "Wayang Sasak seolah dongeng malam hari yang kian hilang. Puisi ini saya tulis, ketika pertunjukan wayang 17 April 2011 silam, hanya ditonton 4 orang, saat malam beranjak hanya seorang penonton yang tersisa. Ini sangat menyakitkan dan tak boleh terjadi lagi," kata Latif.

Berangkat dari peristiwa itu, seluruh warga Kampung Budaya Sesela bertekat menjaga tradisi dan budaya dengan mewujudkan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak. "Ini kami hajatkan untuk anak anak muda generasi penerus di kampung ini, tentu saja agar kita tak kehilangan jejak atas budaya dan tradisi leluhur kita," ujar Latif.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata NTB, jumlah dalang yang tersisa saat ini tak lebih dari 40 orang dan hanya 13 orang yang aktif, itu pun telah berusia lanjut. Latif memaparkan, sekolah pedalangan ini akan menjawab rasa takut dan kekhawatiran akan hilangnya generasi penerus para dalang di Pulau Lombok.

"Sekolah pedalangan ini juga akan menjawab tantangan zaman saat ini, dengan melahirkan dalang-dalang muda yang memiliki kepekaan sosial, budaya dan lingkungan yang tinggi. Tentu saja dalang yang akan memberikan pertunjukan wayang yang segar dan lebih ramah dengan kemajuan zaman dan generasi muda," katanya.

Muhaemy, Kepala Sekolah Pedalangan Wayang Sasak mengatakan, melalui sekolah yang dibangun dengan rasa cinta dan keyakinan, dirinya percaya semua ini dapat terwujud  karena gerakan bersama, dukungan semua pihak yang tak ingin kehilangan tradisi dan budaya Wayang Sasak.

Sekolah Pedalangan Wayang Sasak di Lombok merupakan yang pertama di NTB. Sekolah ini diwujudkan di sebuah kampung sederhana di Desa Sesela. Siswa pertama terdiri dari 30 orang siswa dan 6 orang tim pengajar. Dalam sekolah pedalangan ini dibagi menjadi 3 kelas yakni kelas pedalangan, kelas musik, dan kelas tatah wayang. "Mereka akan dilatih sebaik mungkin selama 6 bulan ke depan. Jika mereka berhasil mereka akan menjadi penanda lahirnya generasi penerus, sehingga kita tidak kehilangan tradisi dan budaya leluhur kita," ujar Emy.

Semua pihak berharap sekolah ini akan melahirkan dalang-dalang muda yang kaya inovasi dan kreasi, agar wayang tak hanya milik para pengila wayang tetapi menjadi milik semua kalangan, terutama anak-anak sebagai generasi penerus tradisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com