Hingga masa modern sekarang pun, ritual Naik Dango tetap dipertahankan, tetapi dengan kemasan acara yang berbeda dan sebagai sarana pemersatu. Meskipun demikian, hal yang berkaitan dengan substansi ritual adat tetap sama seperti yang diwariskan leluhur, misalnya ritual Nyangahatn atau memanjatkan doa-doa di dalam dango tetap ada.
Dalam perkembangannya, ritual Naik Dango yang dulunya hanya diselenggarakan di kampong, sekarang diikuti perwakilan dari Kabupaten Landak, Mempawah, dan Kubu Raya. Jumlahnya ada puluhan kelompok perwakilan beranggotakan ratusan orang. Di ketiga kabupaten itulah yang dianggap menjadi persebaran masyarakat Dayak Kanayatn. Mereka yang hadir dan membawa hasil panen serta sejumlah perlengkapan untuk ritual itu disebut kontingen (pangoyokng) dari kabupaten.
Di era saat ini, penari yang mengantarkan padi ke dango pun menggunakan pakaian khas Dayak, yang ada unsur kreativitas terutama dari anak-anak muda. Corak pakaian lebih beragam kreativitasnya. Bahkan, pakaian ada yang dikolaborasikan dengan perhiasan bernuansa modern, sehingga generasi muda juga mempertahankan budaya itu, tanpa menghilangkan jati diri kebudayaan aslinya.
Tak hanya itu, di dalam rangkaian ritual Naik Dango pun saat ini diselingi dengan perlombaan tradisional, antara lain pangka' gasing, menumbak, dan menyumpit. Selain itu, ada perlombaan nyanyi lagu-lagu tradisional serta pemilihan Dara Cega' Bujakng Tarigas, artinya dara yang cantik dan pria yang tampan, semacam putri dan putra dalam kontes adat yang diikuti kalangan muda Dayak.
Lubis, Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kabupaten Landak mengatakan, tradisi Naik Dango menjadi sebuah kegiatan tahunan yang terkoordinasi sejak 1985. Pada 2015 sudah menjadi pelaksanaan ke-30. Dalam konteks saat ini, pelaksanaan Naik Dango sebagai sarana pemersatu masyarakat Dayak khususnya Dayak Kanayatn. Selain itu, menjadi sarana meningkatkan pariwisata di Landak.
Ritual syukuran sehabis panen juga sebetulnya ada di sub suku Dayak lainnya di Kalbar. Hanya saja, sebutannya berbeda-beda. Di kalangan Dayak Jawan't, Kabupaten Sekadau, acara serupa dikenal dengan sebutan Nait Bale, sedangkan pada masyarakat Dayak Gerunggang di Kabupaten Ketapang disebut Mbaru. (Emanuel Edi Saputra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.