KOMPAS.com - Tengah malam, orang biasanya sudah tertidur lelap. Tidak demikian dengan para koki ini. Kesibukan justru terjadi di dapur Atria Hotel Gading Serpong, Tangerang, Banten, Jumat (29/5/2015) pada sekitar jam 00.00. Hiruk pikuk pria-pria berjubah dan bertopi putih terlihat di ruang dapur. Walaupun telah terbiasa memasak untuk sarapan pagi, pada dini hari tersebut para koki-koki membuat sebuah nasi tumpeng.
Dapur tempat meracik nasi tumpeng ini terletak di restoran Mezzanine yang berada di Atria Hotel Gading Serpong. Setelah melewati meja-meja makan, sebuah tempat tersembunyi di belakang ruangan utama. Ruangan tersebut dipisahkan oleh sepasang pintu besi menuju dunia dapur.
Sajian istimewa khas makanan tradisional ini dibuat dengan tinggi empat meter dan diameter mencapai 60 sentimeter. Susunan tumpeng terdiri dari empat tingkat dengan bentuk kerucut.
Corporate Chef Parador Hotels & Resorts Gatot Susanto mengatakan bahwa nasi tumpeng merepresentasikan perjuangan untuk mencapai puncak. Ia berpendapat, agar dapat mencapai puncak, diperlukan pondasi yang kokoh. Sebuah filosofi yang dikatakan Gatot ketika berbincang-bincang dengan KompasTravel.
Sementara, Chef Gatot telah bersiap-siap memulai aksi untuk membuat nasi tumpeng raksasa di ruang dapur. Enam orang koki lainnya membantunya dalam memasak. Tepat pukul 00.00 WIB, beras-beras mulai direndam, dibersihkan kemudian ditanak. Tangan-tangan koki lain tak kalah cekatan untuk memotong sayuran dan aneka macam lauk-lauk yang menjadi isi tumpeng.
"Ayo goyang!" kata Chef Gatot sambil menginstruksikan kepada anggota tim koki lain. Ungkapan tersebut merupakan ajakan untuk menggoyang wajan yang berisi sambal goreng hati maupun lauk-lauk lain seperti ayam goreng, tempe dan tahu bacem, serta udang goreng. Sang koki berteriak-teriak membakar semangat memasak para anggota koki pada dini hari tersebut.
Di ruangan dapur yang berukuran sekitar 10 kali 5 meter, mereka bekerja sama mewujudkan nasi tumpeng raksasa. Terdapat tiga bagian meja yang memiliki fungsi yang berbeda. Pertama adalah meja persiapan, sebagai tempat untuk mempersiapkan sayuran, nasi, dan lauk-pauk. Meja di tengah adalah meja untuk mobilitas proses masak. Terakhir adalah tempat untuk memasak yang memiliki kompor dan wajan.
Satu jam tiga puluh menit berlalu, kepulan asap berwarna kuning mulai memenuhi ruangan. Begitu pun dengan asap hasil memasak ayam goreng, udang goreng, beserta lauk-pauk lain. Aroma masakan kuliner pertanda rasa syukur ini mulai menyerang penciuman. Koki-koki kembali berlalu lalang tanpa satu menit pun berdiam diri. Tenggat waktu memasak nasi tumpeng ini adalah pukul 04.00 WIB.
Pukul 02.00 WIB, para koki mulai bergegas untuk menyelesaikan menanak nasi. Dua jam lagi waktu yang tersisa. Sementara, Chef Gatot masih mengecek kualitas pekerjaan para koki dengan teliti. Kerja sama dan koordinasi antar para koki dilakukan dengan teliti. Irisan-irisan telur goreng telah tersaji. Begitu pun dengan udang goreng dan lauk-pauk lain. Sayuran-sayuran yang hijau nan segar pun telah disiapkan.
Chef Gatot menjelaskan untuk membuat nasi tumpeng raksasa ini membutuhkan bahan-bahan seperti 75 kilogram, ayam sebanyak delapan ekor, udang 100 ekor, telur 100 butir, kentang lima kilogram, dan telur burung puyuh 200 butir. Untuk menu lauk-pauk lainnya adalah sambal goreng hati, perkedel, dan urap. Semua bahan-bahan tersebut diolah dan nantinya ditata di kantor redaksi Kompas.com yang berada di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.