Namun begitu masuk ke dalam rumah tamu langsung disambut dengan deretan boneka memenuhi sepanjang dinding. Boneka-boneka itu dengan mudah bisa dikenali karena menampilkan karakter-karakter kisah Monkey King.
Malam itu, Kamis (21/5/2015), tampak tiga orang duduk dan berbincang salah satu sisi ruang tamu. Seorang pria mengenakan setelan hitam menyambut kami dengan ramah.
"Welcome to See-Join Hand Puppet. I am Billy Chen," katanya dengan bahasa Inggris yang jelas. Ia lalu mempersilakan kami duduk di kursi panjang. Di meja di depan kami sudah disiapkan sejumlah gelas kecil dan satu teko teh.
Di ujung ruang, tampak panggung kecil berwarna meriah. Sementara itu di balik panggung, tampak dua anak muda terlihat sibuk. Di belakangnya, seorang perempuan, istri Billy Chen, sedang sibuk memasak.
Beberapa menit kemudian, Billy (58) memberi sambutan singkat sebelum memulai pertunjukan. Dia pun berjalan ke belakang panggung untuk memainkan wayang-wayang golek itu.
Malam itu kami disuguhi kisah jenaka "Wali Kota dan Singa". Billy dan Maggie memainkan boneka-boneka itu dengan terampil. Kadang-kadang mereka melempar boneka itu ke udara, lalu menangkapnya lagi dengan jari telunjuk langsung masuk ke bagian kepala boneka. Tidak satu pun boneka jatuh.
Billy membagi pertunjukannya menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah dongeng "Wali Kota dan Singa". Pada bagian kedua ia memperkenalkan wayang tradisional Taiwan kepada penonton, termasuk cara memainkannya.
Ia juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada penonton. Yang memberi jawaban benar mendapat hadiah berupa kartu pos bergambar boneka Taiwan.
Pada babak ini, Billy juga mengajarkan cara memegang boneka dan memainkannya. Misalnya bagaimana boneka menggerakkan tangan dan membuatnya seolah sedang berlari.
Penonton juga diajari cara melempar boneka lalu menangkapnya dengan jari telunjuk. Ini pelajaran paling sulit. Oleh karena itu Billy menyediakan dua boneka seharga masing-masing 500 dollar Taiwan sebagai hadiah bagi yang bisa melakukannya dengan mulus.
Pada bagian ketiga, ia memberi kesempatan penonton untuk mengambil alih panggung boneka. Mereka cukup memainkan boneka, sementara suara tetap diisi oleh Billy dan Maggie.
Berjuang sendiri
Menurut Billy, dulu pertunjukan boneka biasa dimainkan di kuil-kuil. Namun makin lama pertunjukan pun makin jarang. Jumlah dalang pun semakin sedikit. Itu yang membuat dia merasa prihatin. Ia berpendapat orang tidak tahu bagaimana membuat masyarakat menyukai kesenian ini.
"Sedikit sekali orang yang bisa memainkannya. Yang tertarik untuk menontonnya juga tidak banyak. Saya mempelajari kesenian ini selama 30 tahun dan banyak guru. Saya ingin mempopulerkannya kembali tidak punah," ujar insinyur perminyakan ini.
Billy mempertaruhkan banyak hal ketika memutuskan untuk menekuni wayang boneka tradisional ini. Ia meninggalkan pekerjaannya di bidang tambang.
Ayah dua anak itu mengakui keputusannya itu ditentang keluarga karena secara ekonomi sangat tidak menjanjikan. Kekhawatiran keluarganya seperti terbukti karena usaha Billy tampak tertatih-tatih.
"Awalnya memang hanya satu atau dua pertunjukkan sehari. Sangat sedikit," tutur Billy sambil memegang Xiao Feng, boneka perempuan setinggi 80 sentimeter.
Rupanya kegigihan Billy berbuah. Kini setiap hari ia melayani tujuh pertunjukan di rumahnya itu. Pendekatan yang interaktif dan modern rupanya menjadi kiat jitu untuk kembali mempopulerkan wayang Taiwan.
"Saya sebenarnya ingin punya tempat yang lebih luas supaya bisa menampung lebih banyak orang. Saat ini satu pertunjukan hanya mampu menampung 30 orang. Saya tidak bisa menerima lebih banyak orang atau menambah jam pertunjukan," tuturnya.
Sejak 1992, Billy juga membuka rumah makan untuk menunjang usahanya. Rumah makan itu menyajikan hidangan khas Taiwan. Menurut Billy, pola memadukan teater boneka dengan restoran ini merupakan satu-satunya di negara itu.
Awalnya, Billy sendiri yang memasak dan memainkkan boneka. "Ketika Discovery Channel syuting di sini, saya harus memasak dulu, sebelum menjadi dalang," kata dia. Namun sekarang ia berkonsentrasi pada pertunjukan wayang bonekanya. Istrinya yang kini menjadi koki.
Billy pun semakin populer. Beberapa kali ia memenuhi undangan dari berbagai negara untuk memainkan boneka-bonekanya. "Saya pernah tampil di Malaysia, Singapura, Korea, Australia, dan China," katanya.
Upayanya memajukan kembali kesenian itu tidak berhenti sampai pada pertunjukan. Ia juga menerima anak-anak muda untuk belajar padanya.
Meskipun demikian ia tidak meminta bantuan kepada pemerintah. Ia tidak pernah mendaftar untuk dimasukkan ke dalam agenda wisata Taiwan. "Orang tidak bisa dipaksa untuk suka. Menyukai sesuatu itu harus datang dari diri sendiri," ujarnya.
Seperti ia juga tidak memaksa dua anaknya untuk tertarik pada kesenian ini. Tidak satu pun dari anaknya mengikuti jejaknya. "Anak laki-laki saya sekarang menempuh pendidikan S2, dan yang perempuan S3," pungkas Billy dengan nada bangga.
Untuk bisa menikmati pertunjukan ini, tamu membayar 400 dollar Taiwan atau sekitar Rp 172.000. Pengunjung disarankan untuk membuat reservasi terlebih dulu. Itu bisa dilakukan dengan meminta bantuan petugas hotel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.