Begitu masuk melalui gerbang utama, pandangan kami menyergap satu bangunan yang tampak lain dari Goa Sunyaragi. Bangunan di bagian depan ini berbentuk normal seperti bangunan pada umumnya, yaitu tembok licin dicat dengan tiang-tiang besar gaya Eropa.
Ini adalah gedung Pesanggrahan, benda cagar budaya paling muda di dalam area tersebut. Gedung bercat hijau ini menghadap ke timur, berbeda dengan bangunan batu karang yang membentang dari utara ke selatan.
Mulyana menuturkan, gedung Pesanggrahan baru dibangun pada 1884 setelah Cirebon dikuasai Belanda. Bangunan ini dipakai keluarga kerajaan setelah taman sari tidak layak lagi digunakan.
Berdasarkan catatan sejarah, Sunyaragi tidak dibangun sekali, tetapi bertahap. Setelah Panembahan Ratu, pembangunan Sunyaragi dilanjutkan pada 1703 oleh penerusnya, yaitu Pangeran Arya Carbon Kararangen, dan diteruskan lagi oleh Sultan Sepuh V Pangeran Syaifiudin atau dikenal sebagai Pangeran Matanghaji.
Namun, menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya Pangeran Arya Carbon Kararangen, taman sari Sunyaragi dibangun hanya satu periode, yaitu pada masa dia berkuasa. ”Ini semacam hegemoni kekuasaan,” ungkap Mulyana.
Awalnya, taman itu ditujukan sebagai tempat peristirahatan raja dan keluarganya yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati. Namun, secara berangsur, seiring dengan perubahan situasi sosial politik pada masa itu, taman sari pun berubah fungsi.
Taman peristirahatan itu kemudian dimanfaatkan sebagai tempat menempa batin anak-anak raja dan tempat para prajurit berlatih olah kanuragan. Tempat itu juga menjadi lokasi pertemuan rahasia antara Raja Cirebon dan kerajaan di sekitarnya, seperti Demak, Banten, dan Mataram, pada masa penjajahan Belanda. Tidak mengherankan jika kompleks bangunan ini pernah dibom Belanda.
Ada 12 goa utama di dalam kompleks taman sari itu. Mulyana menyebutkan, Panembahan Ratu membangun enam ruangan, yaitu Goa Pengawal, Goa Pawon, Goa Lawa, kompleks Goa Peteng, Goa Padang Ati, dan Goa Kalenggengan.
Kompleks Goa Peteng ini paling besar dan berfungsi sebagai tempat meditasi sang raja. Goa-goa lain berfungsi sebagai bangunan penunjang keperluan raja dan keluarganya, seperti untuk menggembleng fisik keluarga kerajaan dan prajurit.
Tidak jauh dari sana ada satu bangunan yang disebut Bale Kambang yang dibangun penerus Panembahan Ratu. Sesuai namanya, bangunan itu dulu mengambang di atas danau dan berfungsi untuk menghubungkan satu goa dengan goa lain jika raja ingin berpindah tempat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.