Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpesiar dengan Becak Keliling Doom

Kompas.com - 01/07/2015, 09:08 WIB
BERPELESIR merasakan deru angin yang menerpa wajah saat menunggang becak yang dipacu di jalan berkelok-kelok di Pulau Doom, Kota Sorong, Papua Barat, sungguh mengasyikkan. Pulau dengan luas sekitar 5 kilometer persegi itu hanya ”sepelemparan batu” dari Kota Sorong.

Doom yang dilafalkan ”Dom” bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit dengan penumpang perahu dari Kota Sorong. Tempat perahu dari dan ke pulau itu ditambatkan disebut Halte Doom. Halte bukan seperti tempat menunggu bus, melainkan sebuah dermaga kecil saja.

Tanpa tempat duduk dan penaung, mereka yang hendak menuju Pulau Doom langsung naik perahu dan menunggu hingga penuh. Halte terletak di sebelah Pelabuhan Sorong, Jalan Yos Sudarso. Perahu berkapasitas 14 penumpang itu bisa dicarter dengan biaya Rp 35.000 sekali jalan.

Cuaca cerah dan gelombang nyaris tak terlihat pada pertengahan Maret lalu. Begitu tiba, Pulau Doom sudah riuh rendah dengan wisatawan dan tukang becak. Beberapa wisatawan tampak asyik berfoto di depan penanda yang dibuat dari semen dengan ucapan selamat datang di Pulau Doom.

Sekitar 20 becak diparkir rapi di tepi pantai. Beberapa tukang becak menawarkan jasa berkeliling pulau. Setiap becak bisa dinaiki dua penumpang. Pesiar dengan becak berarti juga mengamati kehidupan sehari-hari warga Pulau Doom. Di tepi jalan dengan lebar sekitar 5 meter itu, sejumlah anak bermain.

Jaringan terowongan

Beberapa warga menyapa wisatawan dengan ramah. Penduduk menjual berbagai jenis ikan dan buah serta pisang goreng di depan rumah. Meski hanya pulau kecil, tanah Doom subur sehingga rimbun dengan pepohonan, seperti rambutan, kelapa, jambu, dan pisang.

Saat mengantar, tukang becak dengan senang hati menerangkan sekilas tentang tempat tujuan wisatawan. Di Pulau Doom, misalnya, terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II. Saat pasukan Jepang bercokol di Indonesia tahun 1942-1945, sistem pertahanan pun dibangun.

Jaringan terowongan dibuat di Pulau Doom untuk mengantisipasi serangan tentara Sekutu. Pertahanan itu mengingatkan terowongan yang dibangun di Iwo Jima, pulau tempat berlangsungnya pertempuran dahsyat antara Amerika Serikat dan Jepang awal tahun 1945.

Terowongan di Pulau Doom biasa disebut Gua Jepang, berdiameter sekitar 1 meter, sehingga wisatawan harus membungkuk ketika memasukinya. Namun, terowongan itu tak bisa dimasuki jauh. Lantai dan dinding terowongan berupa tanah saja.

Di sela-sela terowongan terlihat akar pohon. Banyak jalur terowongan yang tertutup karena ditelan zaman. Di Pulau Doom juga bisa ditemukan bungker yang dibuat pasukan Jepang, yang disebut pillbox. Bungker itu memiliki tiga lubang untuk menempatkan moncong senapan.

Panorama paling indah di pulau itu bisa disaksikan dari puncak bukit, tempat Gereja Jemaat Bethel Doom berada. Tak sampai 5 menit, bukit tanpa nama itu bisa didaki. Jika mendatangi bukit, warga biasanya mengatakan hendak pergi ke gereja.

Di tepi bukit terdapat tebing dengan tinggi sekitar 30 meter. Latar belakang pemandangan laut lepas dengan beberapa pulau seperti Raam, Soop, dan Dofior menjadikan sisi tebing sebagai lokasi favorit wisatawan berfoto.

John Mayer (54), Guru Seni Budaya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Doom, menjelaskan, ”Sewaktu penjajahan Belanda, Doom adalah ibu kota wilayah Sorong.” Setelah Papua bagian barat diserahkan kepada Indonesia tahun 1963, keramaian berangsur-angsur pindah ke daerah yang saat ini menjadi Kota Sorong.

”Pada tahun 1971, becak mulai didatangkan ke Pulau Doom,” kata John, yang juga pengajar pendidikan pengetahuan Alkitab di Gereja Jemaat Bethel Doom. Becak menjadi pilihan karena Pulau Doom berukuran kecil dan umumnya bermedan datar. Semula kendaraan roda tiga itu hanya digunakan untuk mengantar warga. ”Di Kota Sorong malah tidak ditemukan becak,” imbuh John, yang sudah bermukim selama 40 tahun di Pulau Doom.

Dari Surabaya

Setelah menyusuri jalan dengan panjang sekitar 1 kilometer dan mengunjungi tempat wisata selama lebih kurang 1 jam, berwisata dengan menunggang becak pun usai. Kunjungan wisatawan tentu mendatangkan rezeki bagi tukang becak, operator perahu, dan penjaja makanan.

Said Rumatella (39), warga Pulau Doom yang menjadi tukang becak, mengatakan, penghasilannya antara Rp 50.000 dan Rp 100.000 per hari. ”Paling ramai kalau seminggu setelah dan sebelum Lebaran, seminggu sebelum Natal hingga dan Tahun Baru,” tuturnya.

Saat itu, Said bisa mendapatkan uang Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per hari. Sebagian wisatawan harus antre untuk naik becak. Selain wisatawan, penumpang becak adalah pemudik atau mereka yang hendak mengunjungi keluarganya di Pulau Doom. Perjalanan wisata juga bisa dilakukan malam hari.

Oleh karena itu, becak dipasangi senter untuk menerangi jalan. Said berkisah, becak didatangkan dari Surabaya, Jawa Timur. Sebagian besar becak dimiliki juragan yang menyewakannya kepada warga. Setiap pemilik bisa punya 10 becak.

”Sekarang jumlahnya sekitar 200 becak. Saya tinggal di Pulau Doom sejak tahun 1999. Dahulu saya sewa, tetapi sekarang sudah punya becak sendiri,” tuturnya. Becak itu dikirim secara terpisah dengan kapal. Setelah tiba di Pulau Doom, becak baru dirakit.

”Becak tidak didatangkan lagi. Jadi, jumlahnya tidak bisa ditambah. Kalau rusak, diperbaiki. Kalau mau punya becak, harus beli dari pemiliknya,” kata Said.

Beberapa becak dilengkapi pengeras suara yang mengalunkan musik dengan sumber energi dari aki. Jalan di Pulau Doom sudah mulus. Sebagian jalan sudah diaspal. Selain becak, terlihat sepeda motor, tetapi tidak ada mobil di pulau dengan jumlah penduduk sekitar 10.000 orang itu.

Fidel Ananta Anwar (15) yang sehari-hari membantu ayahnya membawa perahu pergi-pulang ke Pulau Doom bisa mengantar penumpang 14 kali bolak-balik per hari. ”Lebih banyak carter atau 10 kali per hari. Kalau antarwarga biasa, empat kali per hari,” ujarnya.

Saat Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, frekuensi itu bisa meningkat. Kota Sorong sebagai persinggahan sementara turis menuju Kepulauan Raja Ampat yang sudah ternama juga menyimpan pesona bahari berupa Pulau Doom. (DWI BAYU RADIUS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com