Udara dengan temperatur di bawah 15 derajat celsius masih menusuk tulang kala Saroji dan beberapa karyawannya duduk setengah berjongkok di kursi kayu. Bermasker di wajah dan sarung tangan karet, jemari mereka cekatan mengupas satu per satu buah berbentuk miniatur pepaya bangkok itu. Daging buah carica berwarna kekuningan itu akan diolah menjadi manisan.
”Daging carica (karika) harus dicuci tiga kali agar benar-benar bersih dan getahnya hilang. Getahnya bisa membuat gatal,” tutur Saroji, pemilik usaha rumahan oleh-oleh Tri Sakti di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, pertengahan Mei lalu.
Carica (Carica pubescens), bagi Saroji, telah menyelamatkan perekonomian keluarganya dari kebangkrutan. Dia berkisah, medio 1990-an, Sulastri, istrinya, bekerja menjadi peracik resep olahan carica di satu-satunya pabrik pemroduksi carica PT Dieng Jaya. Perusahaan itu juga yang mengenalkan budidaya carica ke masyarakat.
Perusahaan yang juga pengolah jamur terbesar di Dieng sejak 1970 itu mengalami masa jaya pada 1980-an. Namun, sejak 1994 sampai 2002, kondisinya terus merosot. Hingga 2003, perusahaan menghentikan produksi. Ribuan karyawan dirumahkan, termasuk Sulastri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.