Pengolahan carica terus berkembang dari sekadar manisan. Inovasinya tak terbatas, selaras dengan daya kreatif warga Dieng. Susatrijo Hartojo, pemilik usaha Manz Carica asal Desa Bakal, Kecamatan Batur, misalnya, berinisiatif mencampur manisan carica dengan sari buah bit.
Hasilnya, manisan carica yang biasanya berwarna kuning berubah menjadi merah. Untuk mendapatkan buah bit, Satriyo, panggilan akrab Susatrijo, menanam sendiri di kebun miliknya. ”Rasanya jadi lebih segar. Buah bit juga berkhasiat menambah stamina,” katanya.
Dalam sehari, Satriyo mengolah hingga 120 kilogram (kg) carica. Namun, saat kemarau, hanya 60 kg, karena stok buah sulit dan harganya cukup mahal. Dia membandingkan, saat musim hujan, harga carica dari petani Rp 2.000 per kg, tetapi saat kemarau Rp 6.000 per kg.
Untuk pemasaran, Satriyo menjalin kerja sama dengan sejumlah koperasi dan toko-toko kecil di Banjarnegara. Carica buatan Satriyo juga dipasarkan hingga Yogyakarta, Klaten, Solo, Cirebon, Kalimantan, dan Batam. Bahkan, mulai merambah negeri tetangga, yaitu Malaysia.
”Kebetulan ada teman di Malaysia yang berinisiatif memasarkan. Carica digunakan sebagai takjil untuk berbuka puasa di sana,” tambahnya.
Varian olahan
Kini, carica juga telah diolah menjadi sirup, jenang, dan dodol. Variasi olahan itu memperlebar ceruk pasar. Salah satunya dilakukan Sukini (44), pemilik usaha Suka Nicky di Desa Gemiwang, Kecamatan Bawang.