Sejumlah pengurus masjid kemudian membagi-bagikan bingkisan berisi ketupat dan sayur kepada anak-anak yang sudah rapi berbaris. Mereka yang sudah menerima bingkisan ketupat pulang ke rumah masing-masing dengan wajah ceria.
Ya, ketupat, yang di daerah lain baru muncul saat Lebaran, disajikan lebih awal di Pulau Kelapa dan kalangan masyarakat pulau lain di Kepulauan Seribu. ”Ini namanya tradisi Qunutan, untuk menandai pertengahan puasa dan menyambut malam Nuzulul Quran,” tutur Sahido (74), kepala marbot Masjid Al-Falah, seusai mengawasi pembagian bingkisan tersebut.
Kamis itu bertepatan dengan tanggal 15 Ramadhan, saat umat Islam sudah separuh jalan menjalankan kewajiban puasa Ramadhan sebulan penuh. Nuzulul Quran sendiri jatuh dua hari setelah itu, yakni tanggal 17 Ramadhan.
Disebut tradisi Qunutan karena malam itu juga menandai malam pertama pembacaan doa qunut di setiap rakaat terakhir shalat witir. Sejak malam itu sampai malam terakhir Ramadhan, doa qunut akan selalu dibaca.
Sahido, pria asli Bugis yang sudah menetap di Pulau Kelapa selama 50 tahun, mengatakan, tradisi Qunutan itu sudah ada sejak dulu, sejak ia pertama kali menginjakkan kaki di pulau itu. Menurut dia, tradisi itu juga dijalankan masyarakat ”orang pulo” di seluruh Kepulauan Seribu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.