Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dala Horse, Kisah Oleh-oleh Khas Swedia

Kompas.com - 10/07/2015, 10:34 WIB
Wisnubrata

Penulis

BILA kita berkunjung ke Swedia dan berniat membeli tanda mata khas negara itu, maka benda yang paling sering disodorkan sebagai oleh-oleh khas barangkali adalah patung kuda kayu yang dikenal sebagai Dala Horse.

Itulah yang terjadi saat KompasTravel berjalan-jalan ke Kota Tua atau Gamla Stan di Stockholm, Swedia, Senin (22/6/2015). Hampir semua toko cendera mata memajang kuda Dala berbagai ukuran dan berbagai warna. Bentuk dan lukisan yang disematkan pada kuda kayu itu nyaris serupa karena memang dibuat berdasar pakem yang sudah turun temurun.

Menurut cerita dari gadis pemilik kios di Gamla Stan, Dala Horse pertama dibuat pada abad ke-16 di gubug kayu di tengah hutan, saat para laki-laki menghabiskan malam panjang musim dingin di depan perapian. Menggunakan pisau, mereka membuat mainan kayu untuk oleh-oleh anaknya di rumah. Kuda menjadi pilihan karena saat itu kuda adalah hewan yang paling dekat dengan para pekerja sekaligus paling berharga.

Kuda sekaligus lekat dengan legenda bangsa Viking, orang-orang yang kini mendiami wilayah Skandinavia termasuk Swedia. Dewa Odin misalnya, dikisahkan mengendarai kuda berkaki delapan yang bernama Sleipnir.

Namun Kuda Dala atau dalam bahasa setempat disebut Dalahast, bukan meniru bentuk Sleipnir. Kuda-kuda ini berakar dari wilayah Dalarna, dan awalnya berbentuk polos, tidak berwarna. Baru pada tahun 1830-an, seniman Stika Erik Hansson menghias kuda-kuda kayu itu dengan dekorasi yang umum dipakai pada pernak-pernik tradisional Swedia. Pola itulah yang sampai kini digunakan untuk menghias Dala Horse.

Warna merah adalah warna pertama dan paling umum digunakan untuk mengecat kuda kayu Dala. Namun kini, di banyak toko suvenir kita bisa menjumpai Dala Horse dalam berbagai warna, hitam, putih, biru, dan merah.

Saat pertama kali melihat dan memegangnya, saya cukup terkejut dengan harga yang dipasang untuk kuda kayu itu. Mainan sepanjang 10 centimeter misalnya, dihargai sekitar Rp 400.000. Jauh lebih mahal daripada mainan kuda-kudaan berukuran besar yang bisa ditunggangi dan banyak dijual di daerah Pantura, Jawa Barat misalnya.

Namun menurut penjualnya, harga ini sebanding dengan proses pembuatannya. “Mainan ini dibuat dengan tangan. Pertama kayu pinus dicetak, lalu dipotong sesuai bentuknya, kemudian dihaluskan menjadi bentuk kuda. Setelah dicelup warna dasar, perajinnya harus melukisi badan kuda dengan tangan,” ujar sang penjual.

Hal lain yang membuat Dala Horse begitu berharga adalah karena ia sudah menjadi semacam simbol bagi Swedia sendiri. Bahkan pada jaman dahulu, kuda-kuda kayu ini sempat menjadi barang yang bisa ditukarkan dengan barang lain.

Oleh karenanya, banyak orang membeli suvenir Dala Horse bukan semata-mata karena bentuk atau warnanya. “Membeli Dala Horse adalah membeli legenda dan kisah tentang seni rakyat Swedia,” ujar gadis penjual itu berpromosi. Maka tidak lengkaplah kalau mengunjungi Swedia tanpa membawa Dala Horse bersama kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com