Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpikat Pesona Negeri Bahari

Kompas.com - 12/07/2015, 09:03 WIB
TERJEBAK dalam rutinitas sehari-hari yang menyesakkan, sebagian besar warga Jakarta kadang lupa mereka tinggal di Ibu Kota negeri bahari yang sangat indah. Jangankan menyempatkan diri menikmati sudut-sudut Nusantara, sekadar tahu titik-titik menakjubkan di negeri sendiri pun kadang sudah tak sempat.

Alhasil, orang Jakarta kemudian berekreasi ke tempat "itu-itu saja". Seolah-olah keindahan laut dan pantai hanya ada di Bali atau Anyer. Kalaupun pergi lebih jauh, sebagian lebih memilih ke luar negeri, seperti Singapura, Thailand, atau Vietnam.

Belum banyak yang tahu, dengan waktu penerbangan yang kira-kira setara dengan Jakarta-Bangkok, kita sudah bisa menjelajahi sudut-sudut Nusantara yang penuh keindahan. Salah satu sudut itu adalah Kota Ternate di Provinsi Maluku Utara.

Sejak sebelum pesawat mendarat di Pulau Ternate, pemandangan menakjubkan terpampang di depan mata. Deretan pulau-pulau yang sebenarnya adalah tubuh gunung-gunung berapi bermunculan bagaikan butiran zamrud di hamparan laut biru teduh. Pulau Ternate sendiri adalah tubuh Gunung Gamalama.

KOMPAS/DAHONO FITRIANTO Suasana taman di dalam reruntuhan Benteng Kastela di pantai barat Pulau Ternate, Kamis (4/6/2015). Benteng tersebut didirikan Portugis pada abad ke-16.
Pergi ke Ternate tak membutuhkan biaya terlalu mahal. Bisa dicek di portal-portal pembelian tiket pesawat daring, harga rata-rata tiket ke Ternate Rp 1,4 juta-Rp 2,2 juta per orang. Hampir semua maskapai nasional melayani penerbangan Jakarta-Ternate, tetapi hanya dua yang melayani penerbangan langsung, yakni Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.

Buat orang Jakarta yang sudah biasa dengan kelengkapan fasilitas kota besar, tak perlu khawatir. Sarana dan prasarana publik di Ternate sudah cukup lengkap. Angkutan umum, penginapan berbintang, pasar, fasilitas perbankan, hingga mal dan sejumlah kafe dan restoran waralaba nasional tersedia di kota ini. Wajar saja karena Ternate adalah kota terbesar dan pusat perekonomian Maluku Utara.

Keliling pulau

Sejak melihat pemandangan Ternate dari udara, kami sudah penasaran untuk berjalan-jalan mengelilingi pulau tersebut. Dengan luas total pulau 111,8 kilometer (km) persegi, jalan mengelilingi pulau tersebut hanya sepanjang sekitar 45 km.

Dengan menyewa mobil dari salah satu persewaan mobil yang banyak terdapat di Ternate, kami menjelajah pulau itu, Kamis (4/6). Tarif sewa mobil di sini sekitar Rp 300.000 per 24 jam untuk mobil jenis Toyota Avanza model lama.

Hari itu, kami memilih berjalan ke arah utara sehingga akan memutari pulau dengan arah berlawanan jarum jam. Objek pertama yang kami tuju adalah Batu Angus, sekitar 12 km arah utara pusat kota Ternate.

Di lokasi ini, jalan raya membelah bongkahan-bongkahan batuan yang bentuk dan warnanya kontras dengan bebatuan di sekitarnya. Sebenarnya, lebih tepat jika disebut jalan raya itu zaman dahulu kala "dibelah" aliran batu-batu hitam ini.

Ya betul, aliran, karena batu-batu itu tak lain adalah aliran lava yang membeku saat terjadi letusan Gunung Gamalama pada tahun 1907. Menurut laman resmi Badan Geologi, waktu itu terjadi letusan samping yang memuntahkan lava ke arah timur laut hingga menyentuh laut.

Kawasan Batu Angus sudah ditata menjadi tempat wisata berpemandangan indah. Gunung Gamalama menjulang tinggi di barat, bongkahan batu-batu "hangus" yang mengalir memanjang sekitar 2 km, dan berakhir pada tebing terjal yang bersentuhan langsung dengan laut bening membiru di timur.

Puas menikmati pemandangan di Batu Angus, kami melanjutkan perjalanan. Sekitar 4 km ke arah utara, kami menemukan kawasan berpagar rapi di sebelah kanan jalan. Itulah kawasan wisata Pantai Sulamadaha.

Pada pandangan pertama, tak ada yang begitu istimewa dengan pantai itu. Ombaknya kecil, pantainya bertabur pasir hitam, dan luas pantainya tak begitu besar. Sekilas, pantai itu mengingatkan pada Pantai Baron di Yogyakarta.

Namun, rekan kami yang menjadi pemandu hari itu, Faris Bobero, mengajak kami berjalan lebih jauh menelusuri jalan setapak di tepi tebing terjal. Jalan setapak itu sudah dibeton dan dipagari rapi. "Dulu, ini jalan setapak biasa. Tetapi, pemerintah kemudian membangunkan jalur beton ini supaya lebih aman," ujar Faris.

Setelah menelusuri jalur sepanjang sekitar 500 meter, kami tiba di sebuah teluk sempit yang rindang dan sejuk. Airnya di dekat pantai bening dan dangkal, hanya sekitar selutut orang dewasa. Di bawahnya kehidupan bawah air, kerang dan kepiting-kepiting kecil terlihat berlalu lalang.

Letak teluk yang agak tersembunyi itu membawa sensasi pembebasan diri yang mendamaikan. Sebuah perasaan yang sudah terlalu lama tak dirasakan di tengah keriuhan dan kesesakan Jakarta.

Ayub Harun (50), yang membuka warung makan di pantai tersebut, mengatakan, ada berbagai aktivitas wisata yang bisa dilakukan pengunjung di teluk tersebut. Mulai snorkeling dengan biaya sewa perlengkapan Rp 50.000-Rp 70.000 per orang, bermain perahu dengan tarif sewa Rp 40.000 per jam, hingga menunggang banana boat bertarif Rp 30.000 per orang. (DAHONO FITRIANTO & FRANSISKUS PATI HERIN)

Baca kisah selengkapnya di harian Kompas edisi 11 Juli 2015, di halaman 27 dengan judul "Terpikat Pesona Negeri Bahari"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com