Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelapa dan Tradisi Lebaran di Lampung Barat

Kompas.com - 19/07/2015, 18:26 WIB
KUMANDANG takbir menggema di seluruh penjuru desa. Di langit, gempita kemeriahan semakin lengkap dengan letusan petasan dan letupan kembang api.

Dinginnya udara di Liwa, Lampung Barat, Kamis (16/7/2015) malam, mencapai 19 derajat celsius. Namun, hal itu tidak menjadi halangan. Justru kehangatanlah yang terasa.

Kehangatan malam itu bermula dari meja makan. Sejumlah rumah menyediakan rendang sebagai menu buka puasa terakhir.

”Rendang kali ini rasanya beda karena saya bisa makan rendang bersama anak-anak dan cucu saya,” ujar Hiari Syatiri (53). Di hadapannya tersaji sepiring rendang yang gurih dan pedas lengkap dengan lemang yang legit. Lemang adalah ketan bakar yang dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar.

Berbicara soal rendang, kita tak bisa meninggalkan kelapa sebagai salah satu bahan pokok pembuatan rendang. Karena hampir setiap keluarga memasak rendang, tak heran jika tumpukan sabut kelapa ada di sudut-sudut rumah.

Namun, jangan anggap sabut kelapa itu onggokan sampah. Sabut kelapa itu akan digunakan untuk melakukan tradisi Malaman di malam takbir.

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO Zikri Ricko Mulhaq (11), anak desa Sugehan, Kecamatan Liwa, Lampung Barat, membakar sabut kelapa yang disusun tinggi dalam tradisi Malaman di Lampung Barat, Kamis (16/7/2015). Tradisi Malaman biasa dilakukan pada malam takbir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com