Batok kelapa lebih dahulu dilubangi dengan alu. Setelah itu, batang cabang dari pohon kopi ditancapkan ke tanah. Batok kelapa yang sudah berlubang tadi disusun di batang kopi hingga menjulang setinggi 1 meter atau bahkan lebih.
Sepulangnya dari shalat, anak-anak dan remaja membakar sabut kelapa tersebut. Api pun mulai menjalar dari atas hingga ke bawah ”menara sabut kelapa”.
”Apinya harus dijaga om, jangan sampai mati. Kadang harus saya tiup biar baranya jadi api. Kadang harus saya siram minyak tanah biar apinya membesar,” kata Zikri Ricko Mulhaq (11).
Sabut kelapa
Malam itu, Ricko dan rekannya, Rabel Anoval (8), tampak asyik membakar sabut kelapa. Ada dua tumpukan sabut kelapa di depan rumah Ricko di Sugehan, Kecamatan Liwa, Lampung Barat.
Sesekali mereka menuang minyak tanah untuk membuat api mereka membesar. ”Wow, gede banget apinya, panas, ha-ha-ha,” sorak Rabel kegirangan.