Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemeriahan Pesta Topeng Sekura

Kompas.com - 23/07/2015, 08:40 WIB
MASYARAKAT di Desa Kenali, Kecamatan Bebalalau, Lampung Barat, mempunyai tradisi unik merayakan Lebaran. Setiap hari kedua Idul Fitri tiba hingga sepekan setelahnya, mereka berkeliling kampung sambil memakai topeng dengan berbagai ekspresi muka. Pesta topeng ini sudah terpelihara berabad-abad lamanya, dan kini masih terjaga.

Kegembiraan terlihat jelas di sepanjang jalan kampung di Desa Kenali. Warga memadati jalan-jalan kampung dan berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain sambil sesekali menari riang.

Pinggul mereka dilenggak-lenggokkan, tangan mereka diangkat sembari memutar-mutar pergelangan tangan. Teriakan dan suara-suara seruan keluar dari mulut mereka. Topeng yang beraneka bentuk dan warna membuat tarian mereka atraktif. Mereka tak malu-malu menari karena orang lain tak mengenali wajah di balik topeng tersebut.

Pesta dan silaturahim mengenakan topeng berlangsung satu pekan tiap tahunnya di desa itu. Pesta topeng yang biasa dikenal dengan pesta sekura itu memang hanya diselenggarakan untuk merayakan Lebaran sembari bersilaturahim.

Sekura merupakan bahasa Lampung yang digunakan untuk menyebut topeng. Ada dua jenis sekura yang biasa dikenakan, yakni sekura kamak dan sekura betik.

Sekura kamak biasa dipakai pria dewasa. Sekura ini biasanya terbuat dari kayu yang dipahat atau pelepah pohon pinang. Sebagai aksesori, kadang mereka menambahkan daun-daunan sulur yang menjuntai. Pakaian mereka compang-camping dan kotor. Mereka berpenampilan kotor karena sesuai namanya, kamak, berarti buruk atau kotor.

Adapun sekura betik biasa dipakai laki-laki remaja. Topeng mereka terbuat dari kain. Kacamata hitam biasa melengkapi dandanan mereka untuk menutup wajah. Dalam bahasa Lampung, ”betik” berarti bersih.

Tradisi lama

Tradisi sekura lahir sekitar abad ke-9 Masehi. Tradisi yang masih hidup hingga saat ini itu merupakan bagian sejarah masuknya ajaran dan agama Islam di Lampung.

”Saat itu terjadi perang antara penganut animisme pimpinan Ratu Sekerumong melawan penganut Islam pimpinan Maulana Penggalang Paksi Bersama empat putranya, Maulana Nyerupa, Maulana Lapah Liwai, Maulana Pernong, dan Maulana Belunguh. Mereka berperang menggunakan sekura untuk menutupi wajah mereka karena mereka akan berperang melawan kerabat mereka sendiri,” tutur Anthon Cabara Maas, Panglima Kepaksian Pernong Radin Menang Betanding.

Kendati perang telah lama berakhir, tradisi sekura masih tetap hidup. Anton mengatakan, sekura selalu digelar setelah umat Islam berpuasa selama 1 bulan penuh. Saat puasa itulah, umat Muslim di Lampung Barat juga berperang. Mereka melawan rasa haus dan lapar serta berjuang mengalahkan hawa nafsu selama bulan puasa.

”Selain digelar sebagai perlambang perang, sekura kini menjadi ajang silaturahim antardesa,” tutur Anton.

Pesta sekura dilaksanakan dalam satu rangkaian selama beberapa hari di setiap tahunnya. Hal itu dilakukan agar masing-masing desa bisa menggelar sehingga silaturahim antardesa bisa merata.

Jika pada 2 Syawal pesta sekura diadakan di desa A, desa-desa lain akan bertandang ke sana. Esok, giliran desa B menjadi tujuan silaturahim hingga semua desa merasakan menjadi tuan rumah pesta sekura. Dengan demikian, tali silaturahim antardesa di Lampung Barat terus terjalin.

Untuk memeriahkan tradisi silaturahim, setiap panitia pesta sekura di kampung menyiapkan aneka perlombaan. Panitia Pesta Sekura Desa Kenali, misalnya, menyediakan sejumlah hadiah yang bisa diperebutkan dalam berbagai lomba, seperti panjat pinang dan berbalas pantun.

Hingga kini, pesta sekura terus dinanti warga Lampung Barat saat Lebaran. Lebaran tanpa sekura bagi mereka bagaikan sayur tanpa garam. ”Ini pesta yang lengkap, mau silaturahim bisa, mau wisata juga bisa. Saya bahkan bisa bertemu dengan teman SMP saya yang sudah terpisah belasan tahun,” ujar Eka Pendi Aspara, warga Liwa, Lampung Barat. (Angger Putranto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com