Ritual yang diselenggarakan setiap tanggal 7 di bulan Syawal tahun Hijriah dipercaya sebagai tradisi tolak bala dan wujud syukur oleh masyarakat setempat. "Ritual ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat dari leluhur kami buyut Saridin," jelas Syamsul Lasmidi, Tetua Adat Dukuh Kopen Kidul Dusun Kampung Baru kepada KompasTravel, Kamis (23/7/2015).
Sesuai pesan leluhur, masyarakat diminta melaksanakan sedekah bumi yang dilaksanakan di halaman rumah atau di jalan desa, Pada ritual tersebut, setiap rumah diharuskan mengumpulkan tujuh ketupat yang diisi sejumlah uang pecahan Rp 500 hingga Rp 2.000.
Setelah terkumpul, ketupat tersebut disusun semacam gunungan lalu diarak dan diperebutkan oleh warga, "Masyarakat percaya ketupat yang didapatkan bisa meramal rezekinya selama setahun ke depan," ujar Syamsul.
Saat di arak keliling kampung, gunungan ketupat tersebut diiringi dengan kesenian tradisional Banyuwangi seperti Barong dan Kuntulan kemudian berakhir di makam Buyut Saridin. "Setelah sampai di makam kupat itu diperebutkan warga," katanya.
Selain itu, masyarakat juga membawa hantaran makanan yang terbuat dari pelepah daun pisang dan berisi kupat lodo yaitu ketupat dengan lauk ayam yang dibumbui dengan ampas minyak kelapa. Hantaran tersebut kemudian dimakan bersama-sama sebagai ucapan syukur masyarakat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.