Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Enak, Sarung Pun Dibuang

Kompas.com - 29/07/2015, 09:25 WIB
Di kala air surut, ikan-ikan dengan sendirinya terdampar ke pantai. Nelayan Wakatobi punya cara khas untuk menangkap ikan non-perairan dalam. Mereka menggunakan sero, semacam jaring yang dibuat dari bambu dan batang pisang. Manis aroma bambu menarik ikan-ikan mendekat. Dengan desain sedemikian rupa, sero menggiring ikan masuk perangkap. ”Orang sana percaya, ikan yang ditangkap dengan cara baik, rasanya enak. Sebaliknya, jika sebelumnya ia tersiksa atau kesakitan, misalnya dipancing, kenikmatannya berkurang,” ungkap Lisa.

Sayangnya, kini sero yang dipakai dibuat dari plastik karena dianggap praktis dan tahan lama meski harga buatnya lebih mahal. Namun, sebenarnya, hasil tangkap dengan sero plastik lebih sedikit daripada sero bambu. Itu pun sudah dengan ikan-ikan kecil yang seharusnya tidak ikut terjaring karena lubang-lubang pada sero plastik yang kecil-kecil. Ketika tertiup angin, sero plastik menimbulkan suara berisik yang menakuti ikan. Sebaliknya, sero bambu menimbulkan suara bak musik yang indah.

”Nelayan muda lebih suka sero plastik karena tidak perlu repot memperbaiki jika kena gelombang. Seorang parika atau tetua nelayan di sana sudah setuju untuk mengajarkan kembali cara membuat sero bambu kepada para nelayan karena sudah sangat jarang yang membuat dan memakainya. Kami sedang mengumpulkan dana untuk itu,” lanjut Lisa.

Selain kentakalla ni santai, ada pula kosea nu lobha atau kosea sayur. Ini semacam sup dengan bahan daun melinjo, daun ubi, dan daun katuk yang diberi rasa oleh parutan kelapa muda dan ikan bakar yang disuwir-suwir.

Bumbu sederhana

”Bumbu mereka sederhana, hanya pakai bawang merah dan garam saja. Bawang putih, ketumbar, dan lada jarang dipakai. Begitu juga daun salam, laos, jahe, dan serai. Pengaruh kecap manis, kecap ikan, atau taoco tidak ada. Meski dekat dengan Maluku sebagai pusat penghasil rempah, ternyata mereka tidak pakai rempah dalam masakannya,” kata Lisa.

Salah satu menu favorit lainnya adalah tumis kempa, yakni kerang batik yang dimasak bersama santan cair, tomat, bawang merah, cabai, dan daun kedondong. Kerangnya berwarna putih dengan tepi jingga yang terlihat cantik dan segar.

Menu ini disandingkan dengan sambal cabai hijau dan soami ondo-ondo bhiru yang rasa dan penampilannya mirip tiwul, hanya saja berwarna hijau kecoklatan. Orang Wakatobi sebenarnya tidak makan nasi. Sumber karbohidrat mereka adalah singkong dan jagung. Soami ondo-ondo bhiru terbuat dari singkong kupas yang digantung dan dikeringkan di udara terbuka selama 4-6 hari. Singkong lantas diperam dalam karung selama tiga hari hingga hitam dan tumbuh jamur. Singkong dibersihkan dari jamur lantas diiris tipis dan direndam dalam air. Setelah diperas hingga kering, diremas-remas dan dikukus. Soami juga sering dijadikan bekal nelayan melaut karena tahan lama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com