KALA itu matahari mulai bergerak naik. Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB di Perairan Laut Karimun Jawa. Riak air laut mulai terbelah ketika kapal nelayan berkapasitas 25 orang mulai berjalan. Kala itu, KompasTravel, para wartawan, dan pejabat PT Pelni mencicipi asin laut dengan melakukan penyelaman pada hari kedua program wisata bahari "Let's Go Karimun Jawa" pertengahan Juli 2015.
Perbincangan tentang keindahan Karimun Jawa telah terlempar ke dalam kapal KM Binaiya. Mulut-mulut para wisatawan tak hentinya melontarkan kalimat-kalimat yang menunjukkan rasa penasaran. Begitu juga dengan para wartawan yang penasaran dengan keindahan dunia bawah laut yang bertabur karang-karang. Hingga, saat menuju daratan Pulau Karimun Jawa, percakapan masih terus berlanjut.
"Karimun Jawa itu ada titik penyelaman yang ada kapal karam kan ya? Seru kali ya menyelam di sana," ujar saya.
"Iya, itu jadi daya tarik wisatawan di sini," kata nelayan yang mengantarkan para rombongan saat dalam perjalanan ke Pulau Karimun Jawa.
Menyelam adalah salah satu kegiatan wisata yang berbahaya. Itulah satu pernyataan dari Noor Khoir sebelum memulai perjalanan penyelaman. Ia menunjuk tiga orang dive guide (pemandu penyelaman) untuk menemani rombongan dari Jakarta yang ingin mencoba menyelam. Ia mengingatkan untuk memperhatikan arahan dari para dive guide selama melakukan penyelaman.
"Oke. Kalau sudah siap, mari kita ke kapal untuk menuju titik penyelaman," ujar Noor yang juga bertugas sebagai staf Pelabuhan Karimun Jawa.
Dikutip dari laman Taman Nasional Karimunjawa, kawasan taman nasional ini terdiri dari 22 pulau dan memiliki lima tipe ekosistem yaitu terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan hujan tropis dataran rendah, merupakan habitat dari berbagai flora khas seperti Dewadaru (Fragaea fagran), Kalimasada (Cordia subcordata), Setigi (Pemphis acudula) dan fauna yang dilindungi seperti Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Junai Emas (Caloenas nicobarica), dan Keong Gelung (Nautilus pompillus).
Kami menuju ke titik penyelaman pertama yang bernama "Jung Gantung" di dekat Pulau Menjangan Besar untuk menyegarkan pengetahuan dasar menyelam. Londo Ireng, sapaan untuk dive guide kami, mulai menjelaskan bagian demi bagian peralatan beserta cara penggunaannya. Londo mengatakan bahwa ketika menyelam, diusahakan untuk tidak panik. "Bernapaslah seperti biasa. Jangan lupa untuk ekualisasi (menyamakan tekanan di gendang telinga)," kata Londo.
Byuuur.. satu persatu penyelam turun ke laut. Sebelumnya, peralatan selam telah digunakan. Udara di Bouyancy Compensation mulai dikurangi. Daya apung mulai berkurang. Kami mulai tenggelam di Laut Karimun Jawa. Para penyelam memberikan tanda komunikasi dari gerakan tangan yang berbentuk angka nol yang telah disepakati untuk pertanda telah siap. Satu persatu dive guide mengajak kami untuk menjelajahi dunia bawah air dengan gugusan karang dan ikan-ikan.
Sebenarnya, pada siang hari, jarak pandang di dalam laut Karimun Jawa sudah tak bagus. Londo mengatakan bahwa waktu terbaik untuk menyelam di Karimun Jawa adalah saat pagi hari. Jarak pandang di kedalaman hingga mencapai 15 meter. Namun pada saat, KompasTravel menyelam, jarak pandang hanya sekitar 5-8 meter. Hampir setengah dari jarak pandang terbaik ketika pagi hari. Walaupun demikian, beberapa ikan karang seperti Butterfly, Cardinal, Angel, dan ikan-ikan lain dapat dilihat dengan mata telanjang.
Titik lain yang sempat kami selami adalah "Maer" di dekat Pulau Menjangan Kecil. Yang menarik di tempat ini adalah ikan-ikan kecil berwarna kebiruan yang muncul di permukaan air. Kami yang mencoba melemparkan potongan roti ke air. Sontak, ikan-ikan tersebut berebut melahap makanan. Setelah makan siang, kami mulai menyelam kembali di titik penyelaman kedua. Air agak berasa dingin di kulit. Byuuurr... kembali kami berada di permukaan laut Karimun Jawa.
Pemandangan karang-karang terhampar seluas pandangan mata. Namun terkadang masker kerap berembun sehingga menghalangi pandangan. Satu-satunya jalan yang dapat dilakukan agar masker kembali bersih adalah dengan mask clearing. Tantangan untuk melakukan ini adalah bagaimana mengatur air laut yang masuk ke dalam masker dan menggoyangkan kepala agar bersih. Londo mengatakan cukup membuka masker dan mengarahkan kepala hingga agak menempel ke leher lalu menghembuskan udara melalui hidung.
Ada kesamaan antara dua titik penyelaman yang KompasTravel selami. Beberapa titik karang terdapat kerusakan. Ada yang patah, maupun mati. Londo menjelaskan bahwa karang-karang tersebut rusak karena wisatawan yang tidak memperhatikan cara penyelaman. Wisatawan tersebut, lanjut Londo, ada yang menginjak atau memegang karang-karang tersebut ketika menyelam. Ia menyayangkan kejadian tersebut karena karang membutuhkan waktu lama untuk tumbuh.