Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelamatkan Penyu di Pamalikan

Kompas.com - 30/07/2015, 15:47 WIB
KEGELAPAN malam menyelimuti hamparan pasir putih di sepanjang pantai Pulau Pamalikan, salah satu pulau kecil di Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Di bawah cahaya bintang dan bulan sabit, keindahan pantai hanya samar-samar terlihat. Sabtu (23/5/2015) malam itu, satu demi satu penyu naik ke pantai berpasir lembut untuk bertelur.

Dalam kegelapan dan keheningan malam, saat jarum jam menunjukkan pukul 20.30 Wita, terdengar suara gemercik di pantai.

”Sssstttt... Sudah ada penyu yang naik,” kata Adil (40), nelayan Desa Teluk Sungai, Pulau Matasirih, yang mengantar rombongan tim survei penyu ke Pulau Pamalikan.

Mendengar itu, anggota rombongan girang. Namun, Adil meminta semuanya tetap tenang supaya tidak mengusik penyu yang baru naik. ”Kita jangan bergerak dulu karena penyu itu masih mencari tempat untuk bertelur. Biarkan dia membuat sarangnya. Setelah itu, baru kita dekati,” katanya berpesan. Semua mengikuti arahan sang pemandu.

Setelah hampir satu jam menunggu, Adil mengajak beberapa orang melacak jejak penyu yang naik ke pantai. Dengan mengikuti jejak, keberadaan penyu tersebut ditemukan. Secara samar-samar terlihat seekor penyu hijau (Chelonia mydas) menggali lubang di pasir. Rupanya ia sedang membuat sarang. Lokasi sarang agak tersembunyi, di bawah tumbuhan pandan laut.

Semua tetap diam membiarkan penyu menuntaskan pekerjaan membuat sarang. Setelah penyu tidak bergerak lagi dan mulai mengeluarkan telur-telurnya, semuanya lalu mendekat untuk melihat penyu bertelur. Pada saat itu, penyu tetap diam meski disorot dengan lampu senter dan dipegang cangkangnya.

Menurut Didit Eko Prasetiyo, Kepala Satuan Kerja Banjarmasin Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, selaku koordinator tim survei, penyu hijau bisa mengeluarkan 100-150 butir telur sekali bertelur sehingga perlu waktu berjam-jam.

Tengah malam sudah lewat ketika penyu itu selesai bertelur. Satwa itu langsung menutupi lubang telurnya hingga permukaan pasir di atas sarangnya kembali seperti semula. Hewan itu membuat lubang lain berjarak beberapa meter dari lubang telur untuk mengelabui para predator. Menjelang dini hari, penyu hijau itu baru kembali ke laut.

Sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari, hanya dua ekor penyu hijau yang naik ke pantai. Namun, hanya satu yang bertelur. Menurut Adil, populasi penyu saat ini sudah sangat berkurang. ”Sekitar 15 tahun lalu, di Pulau Pamalikan bisa dijumpai lebih dari 20 sarang penyu setiap hari. Pada satu sarang bisa ditemukan 80-150 butir telur. Namun sekarang, paling banyak ditemukan 5-6 sarang setiap hari. Bahkan, kadang-kadang hanya satu sarang,” katanya.

Adil mengemukakan, kelangkaan penyu terjadi karena maraknya perburuan induk penyu, terutama oleh nelayan dari luar Kalsel. Mereka umumnya menggunakan alat tangkap modern ilegal, seperti bom, cantrang (pukat harimau mini), dan potasium. ”Nelayan luar sering masuk perairan kami, menangkap ikan dan penyu,” katanya.

Selain karena adanya aktivitas ilegal yang dilakukan nelayan dari luar, menurut Abdul Malik, guru SD sekaligus suporter Pro Fauna Indonesia di Marabatuan, populasi penyu terus berkurang juga karena sebagian nelayan di Pulau Sembilan masih menangkap induk penyu dan memungut telurnya untuk diperdagangkan.

Tahun 2007, Malik bersama rekan-rekannya sesama guru mulai mengampanyekan perlindungan dan pelestarian penyu. Sejak itu, para pemilik kebun di Pulau Pamalikan, Danauwan, dan Kalambau mulai melakukan penangkaran. Mereka membuat kurungan dengan menyusun bilah bambu sekeliling sarang penyu untuk melindunginya dari predator sehingga telur bisa menetas dan tukik atau anak penyu bisa kembali ke laut.

Menurut Didit, ada dua jenis penyu di perairan Pulau Sembilan, yakni penyu hijau dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Keduanya terancam punah. ”Untuk menjaga kelestariannya, kami mengajak masyarakat memanfaatkan penyu secara lestari atau berkelanjutan, yakni dengan menjadikannya sebagai wisata bahari,” ucapnya.

Surga penyu

Pulau Pamalikan, Danauwan, dan Kalambau yang menjadi surga penyu memiliki hamparan pasir putih lembut. Di Pamalikan, hamparan pasir ada di sisi timur dan barat pulau. Lokasi penyu bertelur dipisahkan oleh vegetasi pantai, seperti pandan laut, waru laut, kirinyuh, ketapang, kepuh, dan kangkung laut.

Selain penyu, vegetasi Pantai Pamalikan dihuni beberapa jenis burung, antara lain pergam laut, camar, dan walet laut. Di dasar perairannya terdapat hamparan terumbu karang yang indah. Jernihnya air laut di daerah pantai itu membuat snorkeling (selam permukaan) dan skin diving (selam dangkal) menjadi kegiatan yang mengasyikan.

Untuk menuju Pamalikan yang letaknya di timur laut Pulau Matasirih, pusat desa Teluk Sungai dan Labuan Barat, pengunjung harus naik kapal perintis dan turun di Teluk Sungai. Dari ibu kota Kabupaten Kotabaru, jaraknya sekitar 119 mil (191,47 kilometer) dan ditempuh selama 16 jam. Selanjutnya, dengan menggunakan perahu nelayan, pengunjung menuju Pulau Pamalikan dengan waktu tempuh satu jam.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru Talib mengatakan, pihaknya memang berkeinginan mengembangkan beberapa pulau kecil di Kotabaru sebagai tujuan wisata bahari.

”Namun, pulau-pulau itu nantinya akan menjadi kawasan wisata terbatas, supaya penyu tidak terusik dan konservasinya bisa tetap berjalan,” katanya. (JUMARTO YULIANUS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com