SEKILAS tampak warna temboknya yang sudah banyak pudar dimakan usia. Tembok ini memiliki 4 gerbang besar sebagai pintu masuk utama. Keempat gerbang utama sebagai pintu keluar masuk masyarakat luar dan dalam tembok. Keempatnya tepat berada di posisi 4 arah mata angin.
Pingyau sengaja dijadikan kawasan wisata oleh pemerintah Tiongkok untuk memperkenalkan dan melestarikan desa tua. Desa yang diperkirakan sudah ada sejak 2700 tahun silam ini dikelilingi tembok tinggi yang masih berdiri kokoh.
Tempat ini seperti mengingatkan kawasan Madina atau kota tua di Maroko. Bedanya, di Pingyau terdapat jalan utama yang cukup besar disisi dalam tembok yang menghubungkan keempat gerbang utama.
Saat memasuki rumah penduduk yang cukup padat, jalanan sudah mulai sempit atau berbentuk gang. Mungkin ada ratusan gang di dalamnya.
Untuk menghafal jalanannya biasanya tidak cukup sekali saja melewati gang-gang di kawasan perumahan penduduknya. Jika bulan orang lokal atau masyarakat setempat pasti butuh petunjuk jalan yang jelas dan detail.
Ini juga yang menjadi petualangan seru saat memasuki Pingyau bagi para turis. Padahal bila ditelusuri, jalanan ini hanya berputar di situ-situ saja.
Pusat kawasan wisata Pingyau adalah di jalan Yemen sekitar city tower atau menara kota Pingyau. Orang biasa juga menyebutnya Market Tower. Seperti meeting point atau titik tempat bertemu, dari menara ini para turis lebih mudah mengenali rute perjalanan keliling desa.
Di dekat menara ini juga banyak tersedia kebutuhan para turis yaitu pusat informasi turis termasuk tiket terusan ke museum, restoran, dan penjualan suvenir.
Museum-museum di Pingyau kebanyakan adalah rumah atau bangunan tua. Bisa dikatakan sebagai wisata arsitek karena bangunannya kebanyakan adalah bangunan berarsitek Tiongkok tua.
Banyak juga rumah penduduk yang masih indentik dengan karakter rumah tua. Sedikit banyak mengingatkan kita pada film-film serial silat kuno seperti Pemanah Pendekar Rajawali dan silat legenda Bruce Lee.
Pingyau juga dikenal sebagai tempat kawasan wisata yang murah. Banyak turis, baik lokal maupun luar Tiongkok, sengaja datang ke Pingyau sambil jalan-jalan dan belanja suvenir. Dari pantauan KompasTravel, harga suvenirnya memang jauh lebih murah dibanding tempat lain, apalagi dibanding kota Beijing.
Toko-toko banyak yang mengobral barang dagangannya. Dompet tangan misalnya, biasa dijual seharga 20-30 Yuan atau setara Rp 50.000 – Rp 60.000, di Pingyau bisa hanya 10-15 Yuan atau setara dengan Rp 20.000 - Rp 30.000.
Sementara tempelan kulkas dan gantungan kunci juga banyak yang dijual paket. Misalnya 10 Yuan atau setara dengan Rp 20.000 untuk 3 gantungan kunci yang sederhana. Bila berbelanja di kaki lima, para penjualnya masih ada yang mau ditawar.
Makanan juga banyak yang murah. Semangkuk mi misalnya, di kota besar bisa seharga 20-30 Yuan atau setara dengan Rp 50.000 - Rp 60.000, di Pingyau bisa sekitar 15-18 Yuan atau setara dengan Rp 30.000 – Rp 35.000. Bahkan mi lokal khas Pingyau yang berbentuk lebar disiram kuah kental sederhana, semangkuknya hanya 5 Yuan atau setara dengan Rp 10.000.
“Tidak butuh satu hari ternyata untuk keliling Pingyau, 3 jam juga sudah cukup”, ujar Denis Platon, turis asal Rusia, saat bertemu dengan KompasTravel di Pingyau. Pendapatnya masuk akal karena Pingyau adalah kawasan yang sangat kecil. Dari satu sudut ke sudut lainnya juga tidak berbeda pemandangan dan suasananya.
"Beruntung saya tidak menginap. Pagi datang dengan kereta, malam nanti juga saya akan bertolak ke Beijing lagi. Agak membosankan kalau lebih dari sehari," kata Denis.
Selain kereta api malam, Pingyau juga bisa dicapai dengan pesawat terbang tetapi tidak turun di kota ini langsung melainkan harus di kota Taiyuan. Sehabis itu para turis bisa melanjutkan perjalanan dengan taksi atau bus umum sekitar 4 jam.
Jangan terlalu khawatir bila mengunjungi Pingyau, para turis tidak akan terisolir juga. Hotel-hotel sudah menyediakan fasilitas wifi atau jaringan internet nirkabel yang memadai. Ada juga ATM atau mesin tarik tunai. Sulitnya adalah masih sedikit orang lokal, termasuk para pedagang atau petugas wisata, yang bisa berbahasa Inggris.
Sayang, suasana wisata di kawasan ini banyak menggerus suasana asli pedesaan kuno Tiongkok. Para turis lebih banyak disuguhi museum, restoran gaya modern, termasuk suvenir yang menarik. Tidak lagi bisa merasakan keasrian pedesaan Tiongkok. Padahal desa ini akan lebih menarik bila diatur sedemikian rupa sebagai desa wisata yang mendekatkan para turis dengan warga lokal.