Setidaknya, Museum Aceh genap berusia 100 tahun sebagai museum pada 31 Juli 2015. Cikal bakal museum itu adalah paviliun berarsitektur tradisional Aceh yang bernama Rumoh Aceh. Ciri bangunan itu terbuat dari kayu yang dilengkapi ukiran khas Aceh. Bentuknya berupa rumah panggung dengan sejumlah tiang kayu sebagai fondasi. Atapnya limasan berbahan rumbia.
Paviliun itu dibangun pada masa penjajah Belanda, tepatnya ketika Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal HNA Swart pada 1914. Mulanya, paviliun tersebut akan digunakan untuk mengikuti Arena Pameran Kolonial (De Koloniale Tentoonstelling) di Semarang, Jawa Tengah, pada 13 Agustus-15 November 1914.