Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2015, 18:14 WIB
Mentari Chairunisa

Penulis

KOMPAS.com – Beberapa pekerjaan di Jepang tidak boleh dilakukan oleh perempuan. Salah satunya pembuat sushi.

Sushi merupakan sebuah lambang dari budaya Jepang yang sangat berpengaruh dalam dunia global. Meski begitu, sushi telah melewati batasan-batasan tradisional seperti menggunakan komposisi yang bukan berasal dari Jepang, contohnya alpukat.

Namun, mengapa perempuan dilarang untuk menjadi seorang pembuat sushi? Sebuah stereotip turun temurun yang biasa disebut “Edo-style” menganggap proses pembuatan sushi merupakan sebuah perilaku yang jantan.

Terdapat pula kepercayaan bahwa hasil sushi yang dibuat oleh perempuan lebih rendah kualitasnya akibat suhu tubuh perempuan yang lebih hangat dibanding laki-laki. Karena itu hampir seluruh proses pembuatan sushi dikerjakan oleh laki-laki di Jepang.

Namun, beberapa perempuan mencoba untuk keluar dari tradisi. Mereka belajar seni membuat sushi saat pemerintah mengutamakan peranan perempuan dalam bidang ketenagakerjaan di Jepang.

“Saya pikir perempuan lebih baik dalam hal komunikasi dengan pelanggan, mereka juga baik dan lembut,” kata koki sushi yang juga Manager Restoran Sushi Nadeshiko di Tokyo, Yuki Chidui.

Itamae, sebutan untuk koki sushi, biasanya terkenal dengan rambut cepak dan gaya bicara yang sedikit angkuh. Seorang itamae perempuan bernama Chidui berbicara dengan lembut dan bertingkah seperti anak-anak dengan menggunakan kimono musim panas berwarna putih dengan motif bunga merah jambu.

Chidui memang sengaja menghindari pandangan-pandangan umum seputar sushi. Tokonya sendiri mempunyai slogan “fresh and kawaii” atau “cute”. Selebaran menggambarkan Chidui seperti karakter manga yang bermata gelap dan besar. Asisten Chidui yang sebelumnya bekerja sebagai pemandu bus wisata juga menggunakan pin manga pada pakaiannya.

tokyogirlsupdate.com Koki Nadeshiko Sushi mengiris potongan ikan untuk sushi
Sebelumnya, Chidui merasa bimbang dan terjepit saat bekerja di pusat perbelanjaan ketika dia nekat untuk memulai bisnisnya sendiri. Hal itu tentu tidak mudah dilakukan.


Dia memikul beragam cercaan dan pertanyaan yang menusuk tentang kemampuannya saat membuka Nadeshiko lima tahun lalu. Chidui bercerita orang-orang menertawakan restorannya bahkan saat mereka berjalan masuk. Terkadang, pelanggan laki-laki juga mengejek sembari bertanya, “Apa kamu benar-benar bisa melakukannya?”.

Memang tidak ada data statistik resmi yang menunjukkan jumlah koki sushi perempuan di Jepang, namun keberadaan mereka cenderung masih langka. Menurut Asosiasi All-Japan Sushi yang merupakan grup yang terdiri dari 5.000 pemilik restoran di seluruh Jepang, setidaknya Jepang memiliki total 35.000 koki sushi.

Menjadi koki sushi merupakan proses yang sulit. Bahkan, untuk membuat nigari sushi yang baik dibutuhkan waktu beberapa tahun dan setidaknya butuh satu dekade untuk menjalankan sebuah restoran. Koki yang masih dalam tahap percobaan biasanya tidak diizinkan untuk memegang pisau pada tahun pertama, umumnya mereka hanya mengantarkan makanan dan mencuci piring kotor.

tokyogirlsupdate.com Proses pembuatan sushi di Nadeshiko Sushi
Seorang koki sushi bernama Masayuki Tsukada (34) yang mulai ikut pelatihan menjadi koki sushi sejak usia 18 tahun juga tidak tahu jumlah pasti koki sushi perempuan di Jepang.

 

Menurutnya yang perlu diperhitungkan bukanlah gender melainkan pengalaman seperti kemampuan untuk berbicara namun tetap baik dalam membuat semua pesanan, ingatan yang baik terhadap nama-nama ikan pada waktu yang sama, juga tak lupa juga mempersiapkan sushi di depan pelanggan.

Restoran tempat Tsukada bekerja, dan beberapa restoran lain yang memiliki koki-koki professional, rata-rata memasang harga 10.000 Yen atau sekitar Rp 1,1 juta. Harga itu tiga kali lebih mahal dibanding Nadeshiko. Menu mereka pun cenderung lebih menarik, dengan ikan eksotis.

Meskipun masih dipandang sebelah mata namun profesi ini terbuka perlahan-lahan. Tokyo Sushi Academy menawarkan 2 bulan kursus kilat. Seperlima mahasiswanya merupakan perempuan asal Jepang dan sepertiga mahasiswa asing juga merupakan perempuan.

“Lebih banyak perempuan diterima sebagai koki sushi di restoran kasual, dan yang menjadi koki di luar negeri juga sama banyaknya. Tapi restoran sushi tradisional masih didominasi oleh koki laki-laki,” jelas Kepala Akademi, Sachiko Goto.

Mereka yang menikmati makanan di Nadeshiko mengatakan mereka suka dengan apa yang mereka dapatkan. “Rasanya enak,” kata Masataka Nakayama seorang terapis tubuh saat mencicipi bir dan sushi.

TRI WAHYUNI Ilustrasi menu sushi
Sushi di Nadeshiko memang disiapkan oleh perempuan yang sekilas tampak tak berbeda dengan anggota idol grup dari Jepang AKB 48. Hal itu menurut Nakayama yang juga penggemar AKB 48 menjadi daya tarik yang ditawarkan Nadeshiko.


Di lain sisi, Chidui menyesalkan beberapa orang Jepang yang melupakan kelezatan sushi, hidangan yang terlihat mudah namun membutuhkan persiapan yang banyak dan juga waktu untuk memberikan rasa yang baik pada pelanggan. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk memakan pizza atau “gyudon”, atau juga irisan daging di atas nasi.

Satu-satnya sushi yang mungkin mereka cicipi adalah sushi siap saji yang dihidangkan melalui ban berjalan atau biasa disebut kaitensushi. Meski begitu, Chidui merasa telah mahir di bidang ini dan berharap lebih banyak wanita yang akan mengikuti jejaknya.

“Ini menyenangkan” tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Hati-hati Pakai Headphone di Pesawat, Ini Alasannya

Jalan Jalan
Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Desa di Bangka Tengah Ini Gelar Event Budaya Jelang Mulid Nabi Muhammad, Ada Kirab 1.000 Telur

Travel Update
Kawasan Gunung Bromo Akan Direboisasi pada 2024

Kawasan Gunung Bromo Akan Direboisasi pada 2024

Travel Update
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya Ditutup sampai 1 Oktober

Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya Ditutup sampai 1 Oktober

Travel Update
Jelang MotoGP Mandalika 2023, Jumlah Hotel di Mandalika Masih Kurang

Jelang MotoGP Mandalika 2023, Jumlah Hotel di Mandalika Masih Kurang

Travel Update
Panduan Wisata Safari Beach Jateng di Batang

Panduan Wisata Safari Beach Jateng di Batang

Jalan Jalan
Dampak Kebakaran Bromo, Kerugian Capai Rp 89,76 Miliar

Dampak Kebakaran Bromo, Kerugian Capai Rp 89,76 Miliar

Travel Update
5 Aktivitas di Jakarta Architecture Festival 2023, Lihat Pemandangan dari Ketinggian

5 Aktivitas di Jakarta Architecture Festival 2023, Lihat Pemandangan dari Ketinggian

Travel Tips
5 Tips Berkunjung ke Museum Petilasan Mbah Maridjan, Sekalian Lava Tour

5 Tips Berkunjung ke Museum Petilasan Mbah Maridjan, Sekalian Lava Tour

Travel Tips
291.526 Turis India Terbang ke Bali Sepanjang 2023, Terbanyak Setelah Australia

291.526 Turis India Terbang ke Bali Sepanjang 2023, Terbanyak Setelah Australia

Travel Update
Panduan Lengkap ke Jakarta Architecture Festival 2023, Cuma Sampai 30 September

Panduan Lengkap ke Jakarta Architecture Festival 2023, Cuma Sampai 30 September

Travel Tips
5 Spot Foto di Jakarta Architecture Festival 2023, Tempatnya Estetis

5 Spot Foto di Jakarta Architecture Festival 2023, Tempatnya Estetis

Travel Tips
7 Wisata Sejarah dan Budaya di Payakumbuh, Ada Rumah Gadang yang Usianya Ratusan Tahun

7 Wisata Sejarah dan Budaya di Payakumbuh, Ada Rumah Gadang yang Usianya Ratusan Tahun

Jalan Jalan
Cara ke Lapangan Banteng Naik Transjakarta, KRL, dan MRT

Cara ke Lapangan Banteng Naik Transjakarta, KRL, dan MRT

Travel Update
Jadwal Air Mancur di Lapangan Banteng 2023, Ada Dua Sesi

Jadwal Air Mancur di Lapangan Banteng 2023, Ada Dua Sesi

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com