Yang tua dan muda
”Atas jaminan bahwa saya boleh ditembak mati apabila proklamasi di Jakarta tidak terjadi, Mayor Subeno, Komandan Peta di Rengasdengklok, mengizinkan kami membawa kedua pemimpin itu di Jakarta. Tatkala Admiral Maeda melihat kami datang membawa Soekarno dan Hatta pukul 11.00 malam, dia kelihatan terharu”. Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo menulis kenangan tentang alotnya perundingan pembebasan Soekarno dan Hatta dalam tulisan obituari ”In Memoriam Laksamana Tadashi Maeda” yang dimuat Kompas edisi 19 Desember 1977.
Dengan taruhan nyawa itu, Subardjo boleh membawa Soekarno dan Hatta meninggalkan rumah lama Djiauw Kie Siong balik ke Jakarta. Tiba larut malam, Subardjo langsung membawa Soekarno dan Hatta ke rumah Laksamana Maeda, perwira penghubung Angkatan Laut Jepang, yang tinggal di Jalan Myakodoori. Maeda dikenal mendukung kemerdekaan Indonesia dan rumah perwira tinggi Jepang itu dianggap aman dari intaian militer Jepang lain. Ke rumah itu pula Soekarno dan golongan muda menyusul, memastikan Soekarno dan Hatta tak menanti restu Jepang.