Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertandang ke Rumah Sejarah yang Sepi

Kompas.com - 19/08/2015, 12:31 WIB
Cucu Djiauw Kie Siong, Djiauw Kwin Moy atau Iin (62), kini menempati rumah di Dusun Kalijaya I yang dibangun pada 1957. Di rumah yang berjarak sekitar 150 meter dari rumah kakeknya dulu, Djiauw Kwin dan suaminya, Thung Gie Hiang (63), masih menyimpan beberapa perabot yang pernah dipakai Soekarno dan Hatta saat ditawan. Alih-alih dikunjungi mereka yang ingin mengenang peristiwa Rengasdengklok, rumah itu justru disinggahi bau tumpukan sampah yang menyengat.

Yang tua dan muda

”Atas jaminan bahwa saya boleh ditembak mati apabila proklamasi di Jakarta tidak terjadi, Mayor Subeno, Komandan Peta di Rengasdengklok, mengizinkan kami membawa kedua pemimpin itu di Jakarta. Tatkala Admiral Maeda melihat kami datang membawa Soekarno dan Hatta pukul 11.00 malam, dia kelihatan terharu”. Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo menulis kenangan tentang alotnya perundingan pembebasan Soekarno dan Hatta dalam tulisan obituari ”In Memoriam Laksamana Tadashi Maeda” yang dimuat Kompas edisi 19 Desember 1977.

Dengan taruhan nyawa itu, Subardjo boleh membawa Soekarno dan Hatta meninggalkan rumah lama Djiauw Kie Siong balik ke Jakarta. Tiba larut malam, Subardjo langsung membawa Soekarno dan Hatta ke rumah Laksamana Maeda, perwira penghubung Angkatan Laut Jepang, yang tinggal di Jalan Myakodoori. Maeda dikenal mendukung kemerdekaan Indonesia dan rumah perwira tinggi Jepang itu dianggap aman dari intaian militer Jepang lain. Ke rumah itu pula Soekarno dan golongan muda menyusul, memastikan Soekarno dan Hatta tak menanti restu Jepang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com