Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad dalam Lokakarya Nasional Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar dan bedah buku Ensiklopedia Populer Pulau-pulau Kecil Nusantara: Kalimantan Timur-Nusa di Beranda Nusantara, Selasa (18/8/2015), di rumah dinas Bupati Berau.
Buku tersebut menceritakan pulau-pulau kecil terluar di wilayah Kaltim, berikut potensi, juga sejarahnya. Buku yang disusun KKP dan diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini merupakan buku Ensiklopedia Populer yang ke-17 tentang pulau-pulau kecil, yang diluncurkan sejak 2013.
Selain Sudirman, pembicara lainnya adalah Asisten Deputi 3/IV Pertahanan Negara Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan Kemenkopolhukam Brigjen TNI Ahmad Supriyadi, Guru Besar Universitas Mulawarman Ahmad Syafei Sidik, dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL Kolonel Laut Haris Djoko Nugroho, Bupati Berau Makmur HAPK, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kaltim Rusmadi, serta Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dietrich G Bengen dan Syamsul Maarif.
”Saya kira dalam lima tahun lagi, Maratua dan pulau-pulau di sekitarnya itu bisa menjadi ’Bali’ kedua. Jika nanti Bandara Maratua dibuka, hanya butuh 3 jam naik pesawat dari Jakarta ke Maratua,” ujar Sudirman. Derawan, Kakaban, Sangalaki, dan Maratua letaknya berdekatan.
Adapun Sangalaki adalah pulau tak berpenduduk tempat konservasi penyu. Setiap malam, puluhan penyu naik untuk bertelur di pasir Pantai Sangalaki. Di Derawan juga terhampar titik-titik penyelaman yang indah. Adapun Maratua, pulau berpenduduk 3.500-an jiwa, perairannya adalah titik-titik penyelaman untuk melihat pari manta.
Dietrich mengatakan, kendala umum dalam pengembangan wisata bahari di pulau-pulau kecil adalah aksesibilitas yang terbatas. Namun, ketika itu nanti terselesaikan, tak kalah penting adalah apa yang tersaji, misalnya kuliner dan pengemasannya.
”Jangan sampai, misalnya, wisatawan ke pulau-pulau kecil ini hanya menjumpai menu iwak pithik (ayam), iwak endhog (telur). Itu yang masih saya temukan. Seharusnya kuliner, ya, hasil laut yang segar. Bikin yang inovatif, misalnya wisatawan memancing ikan lalu dimasak,” kata Dietrich.
Makmur mengatakan, saatnya pulau kecil terluar yang perairannya berbatasan dengan negara lain diperhatikan dalam segala hal. Masuknya ”tamu tak diundang”, yakni 600 lebih manusia perahu (suku Bajo) dari Malaysia dan Filipina, secara berkelompok ke Kepulauan Derawan, November lalu, jangan sampai terulang.
Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Tri Agung Kristanto mengatakan, banyak masyarakat belum tahu tentang pulau-pulau kecil terluar, apalagi cerita-cerita menarik yang melatarbelakanginya. Misalnya, Pulau Lungsurannaga yang legendanya bercerita tentang naga berganti kulit sebelum menghadapi buaya muara yang besar. (PRA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.