Ibu bilang, ilmu perkopiannya itu ia dapatkan dari sebuah buku karya Muhammad Asad berjudul "Jalan ke MAKKAH" yang bercerita tentang kopi sebagai bagian dari kultur bangsa Arab, lengkap dengan filosofinya. Kopi, kata bunda mengutip buku itu, agar terasa lezat cita rasanya, haruslah "pahit bagaikan maut dan hangat seperti cinta".
Oho, sebuah ujar-ujar yang bikin kalbu bergetar. Benarkah maut berasa pahit? Benarkah cinta berasa hangat? Untuk kalimat terakhir, Juha mungkin setuju. Karena bukankah setelah mengenal Kokom, hari-harinya senantiasa hangat dipenuhi cinta? Tapi maut? Ah, sayangnya pengembara yang pergi dengan maut tak pernah balik untuk menceritakan rasanya berjumpa dengan maut. Tapi demi menggembirakan hati ibu, ia anggukan kepala ketika ibu ungkapkan ujar-ujar itu, dulu.
Kini, di hadapannya juga ada kopi pahit yang masih hangat, sehangat cinta Kokom yang telah mendampingi hidupnya sepanjang sepuluh tahun. Karena kehangatan cinta Kokom itulah, Juha tak peduli benar kendati belum beroleh anak. Barangkali Tuhan masih memberikan waktu yang lebih panjang agar Juha bisa menikmati kehangatan cinta Kokom tanpa rengekan anak.
"Andai saja ya Bang..." tiba-tiba Kokom bersuara.
Juha tak langsung menjawab. Dipandanginya wajah Kokom dengan mata penuh pertanyaan.
"Andai saja ada anak kecil di tengah kita.."
Disruputnya lagi kehangatan kopi pahit itu. Juha tak tahu persis, sejak kapan ia jadi pecandu kopi. Bergelas-gelas kopi dihirupnya tiap ada waktu luang, sampai-sampai Juha sedikit faham tentang hal ikhwal kopi.
Secangkir kopi, kata Juha, mengandung 115 milligram kafein. Kopi adalah stimulan yang terkenal di dunia. Empat dari 5 orang Amerika meminum kopi, menghabiskan lebih dari 400 juta cangkir sehari. Di Skandinavia, orang mengkomsumsi kopi bahkan lebih dari 12kg per kapita. Dengan berjuta-juta orang yang dipekerjakan di industri ini, kopi, konon, menduduki peringkat kedua terbesar dalam perdagangan dunia setelah minyak bumi.
Juha kembali dengan kopinya. Entahlah, tiap meneguk kopi, pikiran buteknya jadi cair kembali. Atau barangkali karena kafein yang ada pada kopi dapat menghilangkan rasa sakit. Itu sebab, pada beberapa jenis obat unsur kafein ditambahkan. Tapi ironisnya, kafein juga merupakan penyebab utama sakit kepala. Bahkan, pada wanita yang meminum dua cangkir kopi atau lebih per harinya, dapat meningkatkan risiko terkena perapuhan tulang (osteoporosis).
Tapi risiko ini dapat dikurangi dengan memperbanyak minum susu atau yoghurt untuk mengganti hilangnya kandungan kalsium. Banyak hasil riset yang menyatakan, kafein dapat mengurangi tingkat kesuburan, dan bila diminum pada saat hamil dapat mengakibatkan kelahiran dini atau cacat lahir. Karenanya, Juha hanya menikmati sendiri kopinya. Ia melarang Kokom ikut-ikutan meneguk kopi seperti dirinya. Takut dari rahim bininya tak akan keluar bayi macam Sherina atau Joshua.
Saat adzan Isya bergema, suami istri itu sudah tenggelam dalam mimpinya. Kokom mimpi memiliki tiga orang anak yang mirip Sherina, Tasya dan Joshua. Sedang Juha, mimpi menjadi peneliti kopi.
Dalam mimpinya itu, Juha mengarungi ruang dan waktu. Ia melihat orang-orang di sekitar Laut Merah pada abad VII sedang menanam kopi. Tapi suara lain dalam mimpinya mengatakan, orang Ethiopia mengenal kopi jauh sebelum itu.
Juha juga melihat, seorang dutabesar Turki dengan tergopoh-gopoh membawa kopi ke pengadilan Raja Louis XIV pada tahun 1669, yang merupakan cikal bakal penyebaran kopi di daratan Eropa. Dan setelahnya, orang Belanda membawa biji-biji kopi ke tanah Jawa untuk dibudidayakan. Dan biji-bijian dari pohon jenis coffea itu, kini telah menyebar ke seluruh Nusantara. Ada kopi Robusta, Liberia, dan Arabica.
Hujan telah reda. Juha bangun ketika terdengar senandung dari mulut Kokom yang sedang ngelindur. Juha senyum sendiri melihat wajah istrinya tidur dalam damai. Kendati kopi di cangkir telah dingin, tapi Juha tahu, cinta istrinya tetaplah hangat. Hmmmm.
@JodhiY
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.