Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stik Cumi, Produk Khas Pulau Kelapa Dua

Kompas.com - 02/09/2015, 10:41 WIB
MAGHRIB baru saja berlalu. Sejumlah lelaki Pulau Kelapa Dua kembali ke rumah setelah menunaikan shalat di masjid. Pada saat yang sama, sebagian kaum perempuan berjalan cepat mendatangi salah satu rumah di pulau itu. Bau cumi-cumi yang khas menyeruak dari rumah yang dituju.

Sembilan perempuan duduk melantai di sebuah rumah berlantai tegel, Selasa (11/8/2015). Dua wajan besar penuh minyak berada di atas kompor yang menyala. Baskom-baskom berisi adonan tergeletak di lantai.

Adonan berwarna putih kekuningan itu diulek selama beberapa menit. Setelah selesai, tanpa dikomando, para perempuan yang rata-rata adalah ibu rumah tangga ini mengambil adonan yang telah jadi untuk dipotong kecil-kecil.

”Dipotongnya sekitar sebesar jari kelingking. Ujungnya dibuat runcing seperti stik. Makanya dibilang stik cumi, tetapi bukan stik yang di-tipi-tipi (televisi), ini kerupuk, ha-ha-ha,” ucap Milyanti (38).

Milyanti dan sejumlah tetangganya sibuk membuat stik cumi. Kerupuk dengan bahan dasar cumi dan tepung itu menjadi usaha andalan mereka sekitar satu tahun terakhir.

Tidak sulit membuat kerupuk cumi. Bahan-bahan yang diperlukan juga tidak begitu banyak. Selain cumi-cumi, tepung tapioka, penyedap rasa, garam, dan telur adalah bahan dasarnya. ”Tetapi, cumi-cuminya harus segar dan ukurannya yang besar, seperti cumi karang atau cumi teropong. Telurnya juga harus banyak, sekitar 30 untuk membuat 3 kilogram cumi,” tambah Milyanti.

Saat dicoba, bau dan rasa cumi-cumi begitu kental menandakan kehadiran si hewan laut lunak itu sebagai bahan utama. Padat dan garing, enak. Terbungkus kemasan plastik, kerupuk ini mampu bertahan satu bulan walaupun tidak menggunakan bahan pengawet.

Sitti, Ketua Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Family, mengungkapkan, tidak mudah membuat adonan dengan kadar yang pas tersebut. Dia harus melakukan uji coba selama sebulan untuk mendapatkan resep yang pas. Setelah dirasa pas, dia mengajak para tetangga dekatnya, yang tak lain masih satu keluarga besar, memproduksi stik cumi dalam skala yang lebih besar. Family dipilih sebagai merek produk itu.

”Usaha ini cukup membantu menutupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, sebagian anggota tidak punya pekerjaan berpenghasilan. Kerjanya hanya urus cucu, bergosip, atau mencari kutu,” kata Sitti yang lalu disambut tawa ibu-ibu lainnya.

Menurut Sitti, proses pembuatan ini sengaja dimulai saat sore atau malam hari. Dengan begitu, anggotanya masih punya kesempatan mengurus keluarga atau membantu suami di laut. Pekerjaan utama tidak terhalangi dengan adanya usaha bersama ini.

Perlu pendampingan

Kelompok usaha ini memang baru berjalan sekitar satu tahun. Akan tetapi, jumlah pelanggannya cukup banyak. Dalam satu bulan mereka bisa memproduksi 100 kilogram stik cumi. Omzetnya sekitar Rp 8,5 juta.

Meski demikian, kata Sitti, mereka tetap butuh bantuan dan pendampingan. Alat-alat produksi yang dulu hasil bantuan pihak tertentu, seperti kompor, baskom, dan wajan, telah banyak yang tidak bisa digunakan.

Pemasaran dilakukan secara konvensional, dari mulut ke mulut. Pembelinya rata-rata adalah kenalan sendiri. Pembeli sebagian besar memesan beberapa hari sebelumnya. Sebagian produksi terjual dalam satu dua hari setelah dibuat.

Selain kelompok Family, ada dua kelompok pembuat dan pengolah hasil laut lain di Kelapa Dua. Kedua kelompok ini telah mendapatkan bantuan dari Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu. Akan tetapi, karena tidak didampingi secara intensif, usaha mereka belum begitu berkembang. (JAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com