KOMPAS.com - Ratusan wisatawan, tua dan muda memenuhi perbukitan di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Di titik kulminasi matahari, panas terik tak menghilangkan semangat para wisatawan untuk menikmati salah satu obyek wisata unggulan di desa yang dikelilingi oleh batuan karst atau kapur ini. Obyek wisata unggulan ini adalah sebuah kolam penampungan air yang berada di atas bukit yang bernama Embung Nglanggeran.
KompasTravel pada bulan lalu juga termasuk ke dalam ratusan wisatawan yang datang ke Embung Nglanggeran. Pada pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB, KompasTravel bersama awak-awak media dari Jakarta berangkat dari sebuah hotel yang berlokasi di daerah Pojok Beteng Wetan, Daerah Istimewa Yogyakarta menuju Gunung Kidul. Di tengah rasa kantuk yang menyerang pada pagi hari, kami langsung bergegas menuju daerah yang terkenal dengan kekeringan.
Setelah menempuh jalan yang meliuk-liuk menuju Wonosari, Gunung Kidul, kami tiba sekitar pukul 09.00 WIB di titik masuk obyek wisata Nglanggeran. Sebelumnya, kami sempat mampir ke pintu masuk obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran untuk bertanya titik masuk. Kemudian, oleh juru parkir obyek wisata kami diarahkan menuju sebuah jalan yang membelah bukit di sebelah kiri jalan. Jalan yang dilewati sedikit berbatu dan berpasir.
Hari semakin siang, KompasTravel mencoba untuk naik ke puncak bukit dan melihat Embung Nglanggeran. Kaki mulai mendaki anak-anak tangga yang sengaja dibuat untuk mempermudah. Kami mulai melangkah pada anak-anak tangga pada pukul 11.30 WIB di tengah pancaran sinar matahari yang terik. Hanya terdapat beberapa pohon kelapa yang melindungi. Namun ada pula satu buah saung sederhana yang dapat digunakan istirahat.
Air berwarna biru kehijauan menyegarkan mata di puncak bukit. Dari atas bukit, kami bisa memandang hamparan perkebunan buah, gunung-gunung api purba, dan juga kaki embung yang dipenuhi oleh ratusan wisatawan. KompasTravel mencoba untuk mendaki ke atas bukit untuk mendapatkan sisi lali dari embung. Di atas bukit, terdapat area berkemah yang dapat digunakan. Di sudut lain terdapat bebatuan kapur dan bangku yang dapat digunakan untuk duduk di bawah pepohonan.
Jika datang siang hari, tak perlu khawatir terpapar panas di tepi embung. Di tepi embung, terdapat empat saung yang dapat digunakan berteduh. Salah satu saung menyediakan makanan dan minuman ringan untuk para pengunjung. Untuk yang mencari toilet, tersedia dua buah toilet yang dapat digunakan. Di sekeliling embung, juga telah dipasang pagar pengaman untuk mencegah para wisatawan terjatuh ke dalam embung.
Pada awalnya, terdapat dua tempat yang diusulkan menjadi embung yaitu Kawasan Gunung Pendem dan Gunung Gandu. Setelah berbagai pertimbangan seperti ketinggian yang memungkinkan untuk pengairan dengan sistem gravitasi, maka dipilih kawasan Gunung Gandu.
Keberadaan embung ini berfungsi sebagai pengairan kebun buah yaitu kelengkeng. Pemilihan durian dan kelengkeng sebagai tanaman buah di Nglanggeran bukan tanpa alasan. Nilai ekonomi yang tinggi, telah tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi alasan. Embung Nglanggeran hadir sebagai solusi untuk menampung air hujan sehingga dapat mengairi perkebunan buah di saat musim kemarau datang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.