Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarian Wai Doka dari Flores Ini Sudah Dikenal di Belgia

Kompas.com - 10/09/2015, 08:51 WIB
Kontributor Manggarai, Markus Makur

Penulis

SALAH satu dari ke 36 Kedaluan atau Hamente di wilayah Manggarai Raya adalah Kedaluan atau Hamente Kepo. Kedaluan Kepo berada di Kampung Mok. Konon, Mok adalah singkatan Markas Orang Kepo, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Desa Mbengan yang bertetangga dengan Desa Ranakolong dan wilayah Ketang serta Kelurahan Ronggakoe. Kedaluan itu hidup masyarakat yang memiliki adat istiadat, ritual dan seni tari. Bahkan di Kampung itu ada rumah adat yang disebut “Mbaru Embo”.

Bahkan bisa disebut Kampung Mok di Desa Mbengan sebagai Kampung Budaya di Kabupaten Manggarai Timur. Mengapa disebut Kampung Budaya? Karena di kampung itu masih mempertahankan adat istiadat, seni tari dan ritual-ritual dari nenek moyang Suku Kepo.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tarian Wai Doka dibawakan oleh siswa dan siswi SMAN Negeri II Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/9/2015).
Ada satu seni tari yang merupakan warisan leluhur Suku Kepo itu adalah Tarian Wai Doka. "Wai" artinya "kaki" dan "Doka" artinya "jalan dengan bambu". Jadi Wai Doka diterjemahkan, seseorang berjalan dengan menggunakan bambu.

Wai Doka hanya dimiliki masyarakat adat Suku Kepo di kampung Mok. Sementara di kampung lain tidak mengenal Wai Doka. Wai Doka ini tarian unik yang sudah diwariskan secara turun temurun dari leluhur orang Suku Kepo.

Pada sabtu (5/9/2015) lalu, KompasTravel diundang pihak Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Komba (SMAN 2) untuk merayakan ultah ke-5. Kepercayaan yang diundang harus diterima dan dihadiri.
Ternyata, KompasTravel menyaksikan sendiri siswa dan siswi SMAN Negeri 2 Kota Komba membawakan tarian Wai Doka saat menjemput pejabat dari Pemkab Manggarai Timur dan pimpinan DPRD Manggarai Timur untuk menghadiri perayaan itu sekaligus ada dialog dengan orangtua murid dengan pejabat dari Manggarai Timur.

Pejabat yang hadir adalah Wakil Bupati Manggarai Timur Agas Andreas, Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Manggarai Timur Wilfridus Jiman, dan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Manggarai Timur Frederika Sok.

Saat Wakil Bupati Manggarai Timur itu tiba, siswa dan siswi menjemputnya dengan tarian Wai Doka serta penari-penari perempuan yang diiring musik gong dan gendang.

Kepala SMAN 2 Kota Komba, Bernabas Ngapan kepada KompasTravel dalam perbincangan lepas belum lama ini menjelaskan, tarian Wai Doka merupakan warisan budaya dari masyarakat Suku Kepo. Untuk itu, siswa dan siswi SMAN Negeri II Kota Komba terus melanjutkan dan melestarikan serta mempertahankan tarian ini.

Bernabas menjelaskan, beberapa tahun lalu, Tarian Wai Doka mampu ‘menghipnotis’ warga Kota Maumere yang memadati jalan-jalan di Kota Maumere dalam sebuah pergelaran seni. Pemkab Manggarai Timur mengutus siswa dan siswi dari SMAN Negeri Kota Komba untuk membawakan tarian Wai Doka serta tarian pendukung lainnya.

Bahkan, festival budaya di tingkat Kabupaten Manggarai Timur, SMA Negeri 2 terus dilibatkan dengan membawakan tarian Wai Doka.

“SMAN 2 Kota Komba akan terus melestarikan budaya lokal seperti Tarian Wai Doka, tarian Mbata dan beberapa tarian lainnya yang berada di wilayah Kecamatan Kota Komba. Selama ini, apabila ada kunjungan pejabat dari Kabupaten Manggarai Timur ataupun dari luar selalu dijemput dengan Tarian Wai Doka,” jelasnya.

Tokoh masyarakat Desa Ranakolong, Stanislaus, mengatakan, tarian Wai Doka hanya ada di Kampung Mok. Tarian ini tidak ada di kampung lainnya. Tarian ini biasanya diperuntukkan untuk menjemput tamu-tamu besar sejak zaman kerajaan Manggarai Raya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tarian Wai Doka di Kampung Mok, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Seperti ada kunjungan dari pihak kerajaan, warga di Kampung Mok menjemput dengan tarian Wai Doka. Hingga saat ini, kunjungan dari pejabat pemerintah dengan level tinggi seperti bupati dan wakilnya serta pejabat negara lainnya dari provinsi dan pusat yang mengadakan kunjungan ke Desa Mbengan, pasti warga masyarakat Kampung Mok menjemput dengan Tarian Wai Doka.

“Saya ingat ketika kami sambut baru di Paroki Santo Agustinus Mok, tarian Wai Doka dibawakan untuk menjemput tamu-tamu,” kisahnya.

Sudah Dikenal di Belgia

Beberapa tahun lalu, rombongan wisatawan dari Belgia sedang mengunjungi Pulau Flores. Saat itu wisatawan menginap di Mbolata Cottage, milik Fransisko Huik De Rosari. Saat itu pemilik Mbolata Cottage menawarkan kunjungan ke Kampung Mok untuk melihat keunikan tarian-tarian dan ritual di Kampung Mok.

Setiba di Kampung Mok, rombongan wisatawan Belgia itu disambut dengan acara adat dan dilanjutkan penjemputan dengan tarian Wai Doka. Saat itu wisatawan yang berkunjung di kampung itu mengambil gambar lewat kamera tarian Wai Doka dan Tarian Umbi Ro.

Selain Tarian Wai Doka, ada juga tarian Umbi Ro atau tarik tambang adat dengan ritual adat dengan berpakaian adat.

Tak hanya tarian-tarian, ada juga sebuah rumah adat di Kampung Mok. Rumah adat itu dinamakan Mbaru Embo. Mbaru Embo itu sangat unik di mana tak sembarang orang bisa mengunjungi rumah adat tersebut.

Rumah adat itu hanya bisa masuk di dalamnya pada ritual-ritual tertentu dan pada bulan tertentu. Tak semua orang bisa masuk, hanya keturunan dari nenek moyang dari Mbaru Embo yang bisa masuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com