Selama di Pulau Weh di mana Tugu Nol Kilometer Indonesia berada, dia dan Lia ingin menikmati keindahan alam bawah laut di perairan itu. "Untuk kepentingan penyelaman wisata bahari di Pulau Weh ini, saya sampai mengambil kursus menyelam di Perancis," katanya.
Rasa ingin tahu dan hasrat yang kuat untuk bisa langsung merasakan denyut kekuatan nilai kultur Batak Toba mereka tunjukkan selama berada beberapa jam di kompleks wisata Huta Bolon Simanindo yang berjarak sekitar sepuluh kilometer dari Tomok itu.
Jonathan dan Lia rela membayar tiket masuk sebesar Rp 50.000 per orang untuk menyaksikan pertunjukan upacara adat yang disebut "Mangalahat Horbo", "Borotan" dan "Godang Sigale-gale" yang digelar di halaman rumah Bolon peninggalan Raja Sidauruk itu.
Bahkan, mereka ikut bergabung dengan belasan wisatawan asing lainnya untuk menortor bersama para penari Batak yang berpartisipasi dalam keseluruhan rangkaian acara adat memotong kerbau dan memukul gondang di halaman Huta Bolon Simanindo itu.
"Benar-benar pengalaman yang menyenangkan," kata Jonathan seusai ikut menari bersama dengan para penari Tortor dengan iringan gendang khas Batak Toba itu.