Kuda menjadi salah satu hewan paling kuat dan lincah yang pernah dimiliki masyarakat Gayo. Semula, kuda mereka gunakan mengangkut barang atau untuk membajak sawah. Saat panen raya, banyak kuda digerakkan ke sawah untuk mengangkut padi. Anak-anak biasa memanfaatkannya untuk berlatih menunggang kuda. Hingga akhir 1990-an, masih banyak petani menggunakan tenaga kuda untuk membajak sawah ataupun mengangkut padi.
Muhammad Samdi (71), petani Desa Uning Pegantungen, Kecamatan Bies, Aceh Tengah, menceritakan, memasuki tahun 2000, banyak petani beralih ke traktor karena ternyata jauh lebih kuat dan cepat membajak sawah. Saat ini, hampir tak ada lagi petani memakai tenaga kuda di sawah. Kuda hanya menjadi hewan dalam pacuan.
Pacuan kuda tradisional Gayo konon sudah dilakukan sebelum Belanda menjajah Indonesia. Mengacu pada buku Pesona Tano Gayo karya AR Hakim Aman Pinan (2003), pacu kuda atau pacu kude dalam bahasa Gayo dilakukan sebagai hiburan rakyat jauh sebelum Belanda datang. Pacu kuda digelar setelah musim panen yang biasa bertepatan dengan bulan Agustus karena saat itu cuaca cerah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.