"Perlu menerapkan pasar pariwisata yang spesial. Tamu yang datang sedikit tapi belanjanya banyak. Di Bali tarif kamarnya masih murah, banyak wisman yang datang tapi gak banyak menguntungkan. Tarif mahal, sedikit yang datang tapi menguntungkan daripada banyak tamu (wisman) yang datang tapi ya itu gak menguntungkan," kata Gde Adnyana Sudibya, di Denpasar, Bali, Minggu (27/9/2015).
Gde Adnyana menjelaskan bahwa untuk saat ini wisatawan China cukup tinggi datang ke Bali dan menjadi urutan kedua setelah Australia. Tapi wisatawan China tidak banyak menguntungkan sektor ekonomi di Bali. Yang jelas wisatawan China dinilai, jika berwisata di Bali lama, menggunakan hotel yang murah dan tidak banyak belanja.
"Pengeluaran wisman China tidak terlalu besar. Terlalu banyak orang yang datang (rombongan wisatawan China), akhirnya hanya membawa banyak masalah daripada (membawa) benefit untuk masyarakat," tambahnya.
Gde menyarankan agar pelaku pariwisata di Bali dan yang terkait melakukan upaya mencari pasar atau sasaran wisman lain yang menguntungkan seperti wisman dari Timur Tengah.
Menurut Gde, wisatawan Timur Tengah diprediksi mampu mendongkrak perekonomian sektor pariwisata di Bali karena karakter mereka cukup royal untuk mengeluarkan uang jika melakukan kunjungan wisata. "Tapi sayangnya, wisman dari Timur Tengah masih sedikit yang berkunjung ke Bali," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.