Tampaknya dari sana kopi gayo terus berkembang hingga sekarang. Bahkan, kedai waralaba dengan sajian utama kopi, seperti Starbucks, pun menjadikan kopi gayo sebagai salah satu menu andalan. Petani Tanoh Gayo kini menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas utama. Tanoh Gayo menjadi negeri kopi.
Semula kami membayangkan menikmati kopi gayo yang diracik secara sederhana semacam kopi tubruk meskipun sempat mendapat informasi ada kedai sejenis kafe di Tanoh Gayo. Rupanya memang sudah banyak kafe yang mengolah kopi gayo secara modern. Dari Bener Meriah, Aceh Tengah, hingga Gayo Lues setidaknya terdapat 20 kafe yang mengolah kopi secara modern.
Kami sempat mampir ke Garabi Coffee di Simpang Teritit, Bener Meriah. Di sini kami disuguhi kopi arabika gayo dan kopi luwak gayo. Aroma kopi yang begitu menggoda menjadikan sore hari itu istimewa. ”Kopi ini kami ambil dari para petani mitra bisnis yang menanam kopinya secara organik. Kualitas itu yang kami jaga,” kata Asri, pemilik kafe.
Keesokan harinya hujan lebat di Takengon. Kami menyempatkan diri mampir ke ARB Coffee, sebuah kafe yang baru beroperasi enam bulan lalu. Begitu masuk, suasana hangat langsung terasa oleh pencahayaan bernuansa kuning kecoklatan serta interior senada. Di ujung kafe, kami melihat barista sibuk meracik kopi menggunakan mesin espresso.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.