Di sepanjang jalan menuju Cemani, sekelompok remaja dari Komunitas Jas Merah (Remaja Solo Melek Sejarah) duduk di kursi depan andong. Mereka bertugas menjadi pemandu dalam perjalanan tersebut.
Pratika (17), salah seorang pemandu, dengan lancar menerangkan segala hal yang berhubungan dengan rute yang dilewati konvoi andong. Mulai sejarah kawasan Gading, perpecahan keraton, nama-nama kampung di Solo yang berhubungan dengan batik, seperti Cemani, Kabangan, dan Mutihan, serta bagaimana sejarah batik bermula di Solo hingga bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sekitar rute yang dilewati.
Salah satunya adalah bangunan pondok pesantren Jamsaren yang berlokasi di Kecamatan Serengan. Menurut catatan sejarah, pondok pesantren Jamsaren merupakan pondok pesantren tertua di Solo. ”Dibangun sekitar tahun 1750, tetapi sempat vakum hingga hampir 50 tahun karena oleh Belanda, santri-santrinya dianggap pengikut Pangeran Diponegoro,” kata Pratika.