Untuk menutup malam, peserta diajak ke Museum Batik Danarhadi yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi. Di sana, para peserta berkesempatan menikmati koleksi kain-kain batik yang berusia puluhan dan ratusan tahun dengan motif batik yang amat beragam dari setiap periode.
Tidak hanya cantik, kain-kain batik tersebut juga memiliki kisah yang berkait erat dengan kondisi sosial politik saat itu. ”Ini sungguh kekayaan yang luar biasa. Apalagi jumlahnya sangat banyak, komplet sekali koleksinya,” kata Tity Hatta.
Seharian beraktivitas, para peserta nyaris sudah menikmati semua makanan khas Solo. Dimulai dengan soto gading, peserta juga berkesempatan menikmati menu khas Solo, seperti sate kere dan lodeh kluwih saat makan siang.
Ada juga kue-kue tradisional khas Solo yang disajikan dalam tenong berukuran besar, seperti carang gesing, serabi notosuman, getuk, dan ketan Mbok Kedul. Semuanya disajikan saat minum teh sore ketika kantuk dan penat mulai berdesir. Sementara untuk makan malam, ada selat solo, bakmi godhog, nasi liwet, dan berbagai sajian lainnya.
Solo, tentu hanya salah satu kekayaan budaya Indonesia.... (Dwi As Setianingsih)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.