Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semanis Madu Flores

Kompas.com - 14/10/2015, 09:16 WIB
Di tengah hutan Flores, sebuah pohon yang digemari lebah bisa menjadi inang atau induk bagi puluhan sarang, bahkan hingga 60-70 sarang lebah sekaligus. Pohon-pohon ini berada di lokasi yang sering kali tidak mudah dijangkau, di tepi tebing yang berbatasan dengan jurang, di gua atau di batu besar.

”Kalau di luar musim panen, pohon dengan satu-dua sarang kembali dilirik. Kalau lebah galak-galak, berarti banyak madu. Ada juga yang mengecek madu pada tubuh lebah,” ungkap Yoseph.

Kuncinya mental

Yoseph sudah 22 tahun menjadi pemanjat. Keahlian ini tidak pernah dipelajari khusus. Sejak kecil, ia hanya kerap menyaksikan ayahnya memanjat pohon demi pohon dan memanen madu. Ketika dewasa, dengan sendirinya, anak-anak pemanjat akan menggantikan ayah-ayah mereka. ”Kuncinya hanya mental. Harus berani,” katanya.

Jangan bayangkan para pemanjat ini menggunakan pengaman ketika bekerja. Mereka hanya memanjat begitu saja. Memeluk pohon dan meniti melalui kulit kayu. Satu-satunya alat bantu adalah sebatang bambu yang masih memiliki buku-buku untuk pijakan kaki. Batang bambu ini diikat dengan kulit kayu di batang pohon.

Sebagai bekal, Yoseph membawa seutas tali yang digunakan sebagai alat transportasi dari atas ke bawah. Ia juga menyelipkan parang di pinggang. Melihatnya memanjat, kita terkagum-kagum sekaligus deg-degan. Gerakannya cepat dan dengan segera sudah sampai di atas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com