"Mengingat strategisnya acara Gelar Budaya Babad Dieng, kami berupaya mendorong agar kegiatan ini bisa digelar secara rutin," kata Agus usai acara bedah buku Serat Paraden Dieng dan Babad Tanah Dieng di Pendopo Suharto-Whitlem di Dieng, Wonosobo, Rabu (14/10/2015).
Menurut Agus, gelar budaya tersebut paling tidak digelar setahun sekali sehingga bisa menjadi agenda wisata tahunan yang berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Dieng.
Pada Gelar Budaya Babad Dieng yang berlangsung hingga 18 Oktober 2015 tersebut, para pengunjung bisa menyaksikan beragam sendratari, pameran benda-benda pusaka, hingga diajak untuk menikmati keindahan panorama matahari terbit di Puncak Sikunir dan Puncak Gunung Prau.
Acara bedah buku Serat Paraden Dieng dan Babad Tanah Dieng menjadi penanda dimulainya Gelar Budaya Babad Dieng. Selama 5 hari ke depan, beragam acara seni dan budaya bakal digelar demi mengungkap sejarah masa lampau dataran tinggi Dieng, yang disinyalir menjadi asal muasal peradaban manusia di tanah Jawa.
Ia mengatakan buku Serat Paraden Dieng yang merupakan hasil karya Suryadi tersebut masih dalam kondisi bagus meskipun ditulis tangan. Paparan terkait buku Serat Paraden Dieng disampaikan oleh Santoso selaku putra sulung dari Suryadi.
"Pak Suryadi adalah Kepala Dusun Dieng Kulon di era Tahun 1948 hingga 1969 sehingga paham betul bagaimana kondisi Dieng waktu itu," katanya.
Selain Serat Paraden Dieng, tambah Agus, buku berjudul Babad Tanah Dieng yang ditulis menggunakan aksara Jawa sangat layak untuk diteliti, demi membuka wawasan baru tentang Dataran Tinggi Dieng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.