Masalah-masalah tersebut mulai dari masalah sumber daya manusia, sulitnya izin usaha, teknologi pelaksanaan, sampai kepada harga bahan baku yang terus naik.
Hal tersebut disampaikannya dalam Rakernas II APJI di Makassar, Kamis (22/10/2015).
Ayu mengatakan APJI perlu menentukan fondasi awal untuk bisa mengambil sikap yang diperlukan agar dapat membawa kuliner Indonesia menjadi raja di negeri sendiri, serta mampu bersaing profesional di kancah industri jasa boga Internasional.
"Dengan menjadi anggota APJI, pengusaha jasa boga mendapatkan jaringan yang luas. Kami juga menyiapkan berbagai macam pelatihan dan pengarahan bagi para anggota agar makin kompetitif," ujar Ayu.
Menurut Ketua Penyelenggara Rakernas, Iden Gobel, beberapa agenda penting telah dibahas seperti perumusan rekomendasi perizinan dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada usaha jasa boga.
APJI juga sudah menempatkan LSP Nusantara Jaya sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi pada bidang jasa boga yang berlaku bagi seluruh anggota.
Tak hanya itu, lanjut Iden, APJI juga telah menetapkan beberapa strategi proteksi dalam menghadapi derasnya arus masuk perusahaan asing ke Indonesia.
“Ini merupakan tantangan APJI untuk mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing dengan kuliner dari negara-negara lain di dunia,” ungkap Iden.
Kementerian Pariwisata mengakui tren saat ini di mana wisatawan selalu memburu dan mencicipi kuliner khas daerah yang mereka kunjungi.
Terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Ayu mengatakan MEA sudah di depan mata dan merupakan tantangan bagi seluruh anggota APJI.
“Kita harus bekerja efisien dan terarah. Mari kita bersama menjadi profesional untuk mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Sukseskan kuliner Indonesia,” tambah Ayu. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.