Kali Lemon Resort merupakan wujud nyata keberhasilan Bram dalam melatih warga Pulau Kwatisore dalam mengembangkan pariwisata bahari
Perjalanan dari Kali Lemon Resort ke Kwatisore hanya 10 menit dengan menggunakan kapal cepat. Penduduk di wilayah itu berjumlah 75 keluarga.
Sebanyak 20 pekerja di Kali Lemon adalah warga lokal dari Kwatisore. Bagi Bram, Kali Lemon bukanlah tempat penginapan biasa yang menawarkan jasa berenang bersama hiu paus.
Tempat ini juga merupakan bengkel kerja yang memberikan keterampilan bagi masyarakat setempat.
”Ketika melihat banyaknya kunjungan wisatawan asing ke Kali Lemon Resort, saya pun berinisiatif mengajarkan menu masakan terbaru kepada warga yang bertugas sebagai juru masak. Namun, biasanya turis lebih menyukai ikan bakar buatan koki kami,” tuturnya sambil tertawa.
Selain pelatihan tentang pengelolaan resor, Bram juga mendatangkan tenaga ahli penyelam dari Jakarta untuk melatih sejumlah pemuda menjadi pemandu selam dan tenaga monitor hiu paus.
Untuk peralatan selamnya, ia mendapat bantuan dana dan peralatan dari tamu resor.
”Saat ini kami telah memiliki dua tenaga yang menyandang predikat dive master,” ujar ayah dua anak ini.
Penyelam lokal tak hanya bertugas memandu turis menikmati keindahan bawah laut di perairan Kwatisore yang termasuk dalam wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih.
Bram bersama dua penyelamnya juga bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan WWF Papua sebagai relawan untuk konservasi perairan Kwatisore.
Ada sembilan warga kampung yang dilatih Bram bersama WWF Papua.
Mereka melindungi perairan itu dari aksi nelayan asing yang mencuri ikan dengan menggunakan bahan peledak. Kegiatan tersebut dapat merusak habitat hiu paus.
”Rusaknya perairan Kwatisore dapat mengurangi jumlah ikan. Akibatnya, hiu paus jarang muncul di Kwatisore. Hal ini tentunya dapat berpengaruh pada jumlah kunjungan wisatawan ke sini,” lanjut Bram.