Namun sekali lagi kubertanya dan mengikuti petunjuk orang yang terlihat meyakinkan.
Aku masuk ke sebuah pasar dan menyusuri lorong-lorongnya yang padat dan semrawut sambil menuntun sepeda yang penuh barang, disaksikan ratusan pasang mata yang menatapku dengan aneh. Akhirnya kutemukan juga toko itu di sebuah lorong.
Pemiliknya seorang Kashmiri yang mengenakan baju gamis biru berkopiah putih, dengan jenggot panjang berwarna kelabu dan bola mata coklat yang sorotnya tajam penuh selidik.
Tak ada senyuman dan ia tetap sibuk mengisi drum-drum besar berisi air aki saat kukatakan hendak membeli spiritus. Ia berpaling dan menatapku lama sambil bertanya untuk apa spiritus tersebut.
Setelah tahu spiritus akan digunakan untuk bahan bakar kompor berkemah ia beranjak ke dalam tokonya. Dituangnya spiritus ke dalam botol ukuran satu liter lalu diberikannya padaku sambil menatap tajam dan berkata berulang-ulang, ”Hanya untuk bahan bakar kompor!”
Uniknya, membeli spiritus di toko itu aturannya hanya boleh satu atau lima liter. Entah apa alasannya. Seliter spiritus harganya 70 rupee. Karena aku butuhnya dua liter, kubujuk dia agar memberikan sesuai kebutuhanku. Dia berkeras tidak mau memberi.
Ketika botol yang sudah terisi penuh disodorkan, nekat kusodorkan saja satu botol kosong lagi. Mukanya tampak tak senang tapi ia terima botol kosong itu dan diisinya juga. Ah, lega sekali rasanya.