Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersepeda di Kaki Langit Himalaya - 5

Kompas.com - 02/11/2015, 09:14 WIB
Wartawan Warta Kota, Max Agung Pribadi melakukan penjelajahan bersepeda seorang diri ke kawasan Pegunungan Himalaya di India pada 28 September-17 Oktober 2015.

Berikut seri ke-5 laporannya yang disajikan dalam 10 tulisan.

*****

DI ujung desa kudapati sebuah youth hostel yang tidak terawat. Tanahnya luas dan bangunan besar, tampaknya dikelola oleh pemerintah daerah setempat.

Penjaganya 5-6 orang Kashmir yang tubuhnya besar-besar mengarahkan aku berikut sepeda masuk ke sebuah kamar di bagian depan.

Padahal aku sebenarnya cuma minta izin berkemah di halaman.

Entah mengapa, perasaanku tak enak saat memasuki bangunan besar yang kosong itu. Lebih tak enak lagi saat seorang penjaga mengamati barang-barang bawaanku dengan mata jelalatan seperti mencari barang berharga.

Di dalam kamar berisi tumpukan kasur kugelar matras dan sleeping bag lalu memasak makan malam berupa nasi, abon, telur, dan sayuran kaleng.

MAX AGUNG PRIBADI Seperti permukaan bulan. Suasana bersepeda menuju kaki Himalaya.
Tak lama salah seorang penjaga masuk ke kamar dan meminta uang 1.000 rupee untuk sewa kamar. Rupanya sengaja ia menjebakku masuk ke kamar duluan lalu bisa diperas.

Tapi aku tak kalah gertak. Kubilang hanya ada 200 rupee untuk kamar karena aku bukan turis dan perjalananku masih panjang.

"Kalau tidak mau terima, aku pergi sekarang juga," kataku.

Kami sempat berdebat. Tapi akhirnya dia ambil juga uang yang kutawarkan lalu pergi. Setelah makan, kubereskan semua peralatan dan mengepaknya di atas sepeda. Hanya tersisa sleeping bag dan matras untuk tidur.

Keesokan harinya, pukul 06.30 saat para penjaga itu belum bangun, aku sudah keluar dari hotel dan duduk di atas sadel. Bergerak secepatnya meninggalkan hotel menembus kabut.

Sempat terpikir kalau semalam mereka benar-benar berniat jahat, habislah aku dikeroyok. Tapi rupanya Tuhan tetap melindungi dengan cara yang sering tak terduga.

Jalan langsung menanjak tajam memanjat dinding gunung di sebelah kiri, sementara  Sungai Sind mengalir berjeram-jeram di sebelah kanan.

Pada bagian tebing yang menjulang di pinggir jalan, gemuruh sungai itu seperti masuk ke dalam batu, menimbulkan efek akustik yang mengejutkan saat melewatinya.

Tak berapa lama aku melintasi barak militer, markas sebuah batalyon yang berjulukan ‘White Devils’.  Mereka menjadikan tebing-tebing batu yang menjulang di kawasan itu sebagai tempat latihan, persis di kawasan Citatah, Kabupaten Bandung.

MAX AGUNG PRIBADI Fasilitas camping di puncak Rohtang La, India dari sisi Manali.
Berpapasan dengan satu peleton tentara yang berjalan dengan senjata dan perbekalan lengkap seperti mau patrol, beberapa perwiranya menyapaku ramah. Di belakang barisan itu, ada juga regu penyapu ranjau yang berjalan dengan seekor anjing pelacak.

Belakangan kusadari, di sepanjang jalur Srinagar-Leh ini sebenarnya banyak tempat camping yang menyenangkan, entah di pinggiran sungai atau dataran luas yang terlindung bukit dan dekat dengan sumber air berupa sumur atau danau kecil.

Sayangnya, tempat-tempat asyik buat camping itu kebanyakan sudah dikuasai tentara. Di dekatnya ada kamp atau barak militer sehingga kita tidak bisa sembarangan camping.

Beberapa kali kualami saat hendak mendirikan tenda tiba-tiba tentara yang entah muncul darimana, datang lalu memintaku mencari tempat lain atau ke desa terdekat.

Sepertinya setiap jengkal tanah sudah mereka kuasai. Tapi tidak demikian halnya dengan ruas Leh-Manali. Sekalipun truk tentara lalu lalang, tidak banyak kamp militer di sepanjang jalur itu sehingga bebas merdeka untuk camping di kolong langit!

Seringkali aku berpapasan dengan konvoi truk tentara yang mencapai 20-30 unit sekali jalan. Mereka biasanya memberi salam dan itu menjadi hiburan tersendiri bagiku.

Pendakian ke Zozi La (3.700m) yang berada di lereng Pegunungan The Great Himalayan Range menjadi semacam pintu masuk ke dataran tinggi Tibet di wilayah Ladakh.  Nantinya aku kembali melintasi pegunungan ini di Baralacha La (4.950m) pada ruas jalan Leh-Manali.

MAX AGUNG PRIBADI Keluarga Mohammad Ali yang menyenangkan, pemilik warung tempatku menginap di Drass, India.
Sekitar 20 km sebelum puncak Zozi La, jalanan rusak. Aspal menghilang digantikan tanah dan bebatuan.

Saat mendongak ke atas kulihat jalanan mengular di lereng terjal. Truk-truk Tata yang berjalan di atasnya tampak begitu kecil seperti mobil mainan.

Truk-truk di kawasan Himalaya India ini memang kebanyakan merk Tata, buatan dalam negeri India yang terbukti perkasa di gunung.

Chasis pendek dan radius putar yang besar membuat mereka lincah meliuk-liuk di jalanan gunung yang sempit dan berkelok tajam.  Mesinnya sangat tangguh dan jarang terlihat ada truk ngadat di jalan.

Saat berpapasan, terlihatlah sosoknya yang besar bagai monster dengan suara bergemuruh lalu meninggalkan kepulan debu.

Mobil-mobil pick up kabin ganda yang juga sering tampak adalah Mohindra dan Bolero, semuanya buatan India dan benar-benar tangguh di gunung.

Perlahan tapi pasti aku terus mendaki. Badanku mulai menyerap suasana kontradiksi yang aneh. Matahari bersinar terik, namun udara dingin ditambah angin yang membekukan.

Aku mengayuh dengan kostum lengkap menutupi tubuh, yaitu atasan sweater berbalut windbreaker dan celana panjang berbahan parasut.

Jari-jari tertutup sarung tangan dan kaki memakai sepatu sepeda. Namun udara dingin terus berhembus, membuat jari-jari kaki dan tanganku mulai kebas dan nyeri. (Bersambung...)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com