Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluar dari Jebakan Debu Anak Gunung Rinjani

Kompas.com - 06/11/2015, 10:15 WIB
Jessi Carina

Penulis

Salah satu dari mereka, seorang perempuan, rupanya orang Indonesia. Dia tampak terbata-bata berbicara dengan yang lainnya, yang begitu fasih berbicara dengan bahasa mereka sendiri.

Tiba-tiba, perempuan itu meminta tolong kepada seseorang, yang kebetulan lancar berbahasa Indonesia dan bahasa orang Taipei itu.

"Koh, bisa bahasa mereka kan? Boleh saya minta tolong untuk sampaikan ke saudara saya, pesawat mereka berangkat 24.00 WIB malam nanti. Saya sudah beritahu perjalanan dari Banyuwangi ke Bandara Juanda paling cepat 6 jam. Saya kurang bisa bahasa mereka," kata perempuan itu.

Pria yang dimintai tolong itu pun menjelaskan kepada keluarga si perempuan.

Kembali ke perjalanan kapal di atas lau, sejak mobil masuk kapal, perjalanan lancar. Hambatan justru datang ketika kapal hendak menepi di Banyuwangi.

Perkiraan awal, hanya butuh waktu 30 menit untuk menyeberangi selat itu. Tetapi, sore itu, waktu yang dibutuhkan hingga 2 jam.

Kapal dibiarkan mengambang tanpa berjalan sekitar 1 jam. Padahal, daratan Banyuwangi sudah terlihat sangat dekat.

Apa yang terjadi? Benar-benar Gilimanuk yang tidak terduga.

"Kapalnya antre untuk masuk ke pelabuhan. Antrenya lama karena kapal yang sudah di pelabuhan, tidak bisa jalan kalau penumpang yang naik ke kapal belum penuh," ujar Tonny, salah seorang penumpang.

Rupanya, perbandingan antara penumpang kapal yang naik dari Banyuwangi tidak sebanyak kami yang naik dari Gilimanuk.

Penumpang yang terombang-ambing dalam kapal hanya bisa menunggu kapal menepi. Daya di ponsel yang sedari tadi lemah pun akhirnya mati total karena menunggu kapal merapat.

Setelah kapal akhirnya merapat, penumpang segera naik ke mobil masing-masing untuk melanjutkan perjalanan.

Begitu keluar, mobil akan langsung dihadang oleh kemacetan di jalan depan pintu keluar pelabuhan.

Rupanya, polisi mengalihkan arus mobil yang keluar dari pelabuhan agar memutar jalan. Perjalanan pun dilanjutkan dengan menempuh jalur darat menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya.

Hampir delapan jam waktu yang ditempuh untuk mencapai Surabaya. Selama perjalanan, tidak ada hambatan yang berarti. Jalanan relatif lancar meskipun sedikit terganggu dengan perbaikan jalan.

Hingga akhirnya, Bandara Juanda pun tampak di depan mata. Kami pun kembali ke Jakarta, lepas dari debu anak Rinjani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com