Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukchon, Oase di Tengah Seoul

Kompas.com - 11/12/2015, 17:17 WIB
BERSIH, hening, nyaman, dan tertata apik. Kesan seperti itu langsung menyergap ketika kaki menginjak mulut ”gang” perkamp¬ungan tradisional di Bukchon, Seoul, Korea Selatan. Jejeran hanok, sebutan untuk rumah tradisional Korea, seperti melemparkan pengunjung ke masa lalu.

Sejumlah manula duduk memegang semacam papan petunjuk. Manula yang bertopi merah tersebut sebenarnya semacam pemandu wisata, yang bisa ditanyai oleh wisatawan yang berkunjung ke kampung itu.

Selebihnya adalah keheningan. Bisik-bisik wisatawan yang mengagumi rumah-rumah di perkampungan tersebut terdengar. Sejumlah papan pengumuman yang mengimbau pengunjung perkampungan agar tidak berisik memang terpampang di dinding rumah.

”Ya, perkampungan tradisional ini memang masih dihuni seperti layaknya sebuah perkampungan,” kata Charlie Park, manajer pemasaran dan penjualan sebuah perusahaan Korea, yang menemani berkeliling.

Perkampungan Bukchon ibarat masa lalu yang tersisa akibat arus modernisasi Seoul yang sangat pesat. Bukchon seperti tak tersentuh perkembangan Seoul yang kini menjadi salah satu kota metropolitan dunia. Seoul telah berubah wajah sejak kehancurannya 70 tahun lalu karena perang saudara dengan Korea Utara.

Bukchon menjadi semacam oasis di tengah modernitas Seoul. Kawasan, yang menurut CNN Travel merupakan salah satu tempat yang harus dikunjungi di Korea, itu seperti perkampungan yang terhenti pada masa lalu di zaman Dinasti Joseon.

Walaupun—seperti dikatakan Charlie—Bukchon masih layaknya sebuah perkampungan, saat saya berkunjung awal Oktober lalu tidak ada hiruk-pikuk kehidupan kampung seperti yang kita kenal. Suasana terasa adem. Satu-dua mobil terparkir di jalan yang sempit, yang bersih, licin beraspal.

Jalan-jalan tersebut menjadi semacam lorong-lorong yang berhubungan di antara hanok. Selain para wisatawan, saat itu tidak ada lalu lalang atau hiruk-pikuk warganya. Atmosfer dan suasana zaman baheula masih terasa.

Beberapa rumah memang membuka pintu lebar-lebar untuk para wisatawan. Sejumlah rumah juga menjadi semacam galeri seni yang memamerkan kerajinan tradisional. Namun, sama sekali tidak ada suasana pedagang menawarkan barang, semua seperti tersaji apa adanya.

Selain ada yang menjadikannya galeri dan tempat minum teh, sejumlah rumah hanok menjadi penginapan (homestay) bagi wisatawan. Mereka yang menginap bisa berinteraksi langsung dengan keluarga Korea dan mempelajari secara langsung tradisi mereka.

Tuan rumah menyiapkan beragam aktivitas, termasuk membuat kimchi (sejenis asinan korea), menggunakan busana hanbok (busana tradisional Korea), atau belajar menulis kaligrafi huruf Korea.

”Kalau mau ambil foto, mendingan naik dulu ke bagian atas, nanti dari sana pemandangan lebih indah,” kata Charlie.

Kami mendaki jalanan yang menanjak landai sekitar 150 meter. Ketika tiba di ketinggian, dan membalikkan badan: sebuah pemandangan kontras tersaji. Di sinilah titik terbaik untuk menikmati pemandangan secara keseluruhan.

Perkampungan hanok itu seperti terkepung bangunan-bangunan modern, tinggi menjulang. Struktur perkampungan dengan hanok-hanok yang tertata rapi menjadi pemandangan luar biasa dengan latar belakang Menara N Seoul tampak di kejauhan.

Sejumlah wisatawan pun tidak menyia-nyiakan untuk memotret pemandangan menakjubkan tersebut atau sekadar berswafoto (selfie).

Menurut catatan, sebagian besar penghuni perkampungan itu merupakan keturunan langsung keluarga bangsawan, tokoh berpengaruh, atau pejabat dari Dinasti Joseon. Tokoh-tokoh masyarakat Korea banyak yang berasal dari perkampungan ini.

Bukchon dalam bahasa Korea berarti ’perkampungan utara’ untuk menandakan bahwa perkampungan tersebut terletak di utara daerah Jongno, dan aliran Sungai Cheonggye.

Perkampungan ini juga letaknya tidak jauh dari Istana Gyeongbokgung yang terkenal itu. Letaknya yang antara Istana Gyeongbokgung dan Changdeokgung menjadikan kawasan itu menjadi paket wisata yang wajib dikunjungi.

Apalagi kepopulerannya semakin melejit setelah perkampungan tersebut menjadi menjadi bagian dari latar program reality show televisi Korea 1 Night 2 Days dan serial televisi Personal Taste. Namun, keterkenalan yang mendatangkan lebih dari 600.000 wisatawan itu tidak mengubah keasrian Bukchon.

Pemerintah Seoul sangat menjaga kelestarian perkampungan tradisional Bukchon ini. Bahkan dalam radius tertentu, rumah-rumah baru yang dibangun di sekitar tersebut harus mengikuti arsitektur hanok, rumah tradisional mereka. (AGUS HERMAWAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com