Agar rasa kopi semakin wangi, kayu bakar yang digunakan adalah kayu jenis keras, seperti kayu cengkeh. Seusai disangrai, kopi kemudian ditumbuk sebelum dihidangkan dalam cangkir-cangkir mungil. ”Dimasak dengan kayu, rasa airnya jadi lembut,” kata Kadek Parwini.
Warung Kopi Hutan Bambu memberi cukup banyak pilihan jenis kopi. Ada sekitar 15 jenis kopi bubuk yang bisa dipilih dengan beragam ramuan herbal, seperti vanila, cokelat, kayu manis, kapulaga, dan serai.
Semua tanaman herbal itu dibudidayakan di sela tanaman kopi. Sembari menyeruput kopi, pengunjung sekaligus bisa memetik aneka tanaman herbal tersebut.
Pengunjung juga bisa menjumpai seekor luwak dalam kandang. Luwak tersebut hanya semacam ”pajangan” bagi turis yang penasaran dengan wujud luwak.
Kopi luwak di Warung Bali Hutan Bambu, menurut Kadek Parwini, diproduksi dari luwak liar yang bebas mencari biji kopi matang kualitas terbaik di areal perkebunan. Di sekitar Warung Bali Hutan Bambu terdapat delapan warung yang menyediakan kopi luwak dengan pemandangan kebun kopi.
Pasar internasional
Kopi luwak organik bubuk menjadi komoditas unggulan dengan harga Rp 450.000 per 200 gram bagi turis asing atau Rp 200.000 untuk wisatawan lokal.