Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperkenalkan Kelezatan Kuliner Nusantara kepada Dunia

Kompas.com - 17/12/2015, 13:44 WIB
KEANEKARAGAMAN kuliner Nusantara yang tersaji dari Papua hingga Aceh menjanjikan kelezatan. Setiap daerah memiliki kekhasan dan keunikan jenis kuliner, cara memasak, hingga penyajian. Semua itu menjadi kekuatan daya tarik wisata Indonesia.

”Makanan sangat penting untuk memperkenalkan negara Indonesia ke dunia internasional,” ujar I Gde Pitana, Deputi Menteri Pariwisata Pemasaran Mancanegara di sela-sela acara perkenalan program televisi ”Wonderful Indonesia Flavours” di Singapura, Senin (7/12/2015).

Kementerian Pariwisata menggandeng Asian Food Channel (AFC) dan Travel Channel untuk memproduksi dan menayangkan program kuliner nusantara Wonderful Indonesia Flavours.

Ada delapan daerah dipilih dengan kekhasan kulinernya, yaitu Tomohon, Sulawesi Utara; Solo, Jawa Tengah; Makassar, Sulawesi Selatan; Batam, Kepulauan Riau; Malang, Jawa Timur; Bandung, Jawa Barat; Banyuwangi, Jawa Timur; dan Raja Ampat, Papua Barat).

”Daerah itu mempunyai kekhasan, terutama kulinernya, dan daerah tersebut memang layak ’dijual’ keluar sebagai destinasi wisata,” kata Pitana.

Wonderful Indonesia Flavours dipandu chef Rinrin Marinka ditemani chef asal Australia, Tobie Puttock dan Darren Robertson.

Rinrin dan Tobie bertualang ke Solo, Batam, Bandung dan Raja Ampat, sedangkan Darren bersama Rinrin menjelajahi Tomohon, Makassar, Malang, dan Banyuwangi. Di sanalah mereka memasak dan membuktikan lezatnya kuliner Nusantara.

Program Wonderful Indonesia Flavours ini memiliki delapan episode. Setelah ditayangkan November lalu, AFC akan menayangkan lagi program berdurasi 30 menit per episode itu melalui saluran televisi berbayar pada 7 Januari 2016 pukul 20.00 WIB, sedangkan Travel Channel menayangkan pada 29 Januari 2016 pukul 19.40.

Bukan semata tayangan demo memasak, ketiga chef itu juga menjelajahi kota dan tempat wisata di daerah tersebut.

Di Tomohon, Rinrin dan Darren menjelajahi kebun bunga dan sayuran, pasar tradisional dan mempraktikkan memasak bubur tinutuan dan kue kelapa. Di Solo, Rinrin dan Tobie tergoda memasak garang asam bumbung. Di Makassar, mereka mengutak-utik resep coto Makassar dan membuat es pisang ijo.

Di Batam, mereka menyajikan mi tarempa yang pedas dan sup ikan yang bercita rasa jahe dikuahnya yang segar.

Ketika jalan-jalan di Malang, mereka membuka resep makanan favorit setempat, yaitu rawon yang nikmat dihidangkan dengan telur asin. Di Bandung, Rinrin dan Tobie menghidangkan ayam bakar Sunda.

Di Banyuwangi, mereka mengungkap cara memasak rujak soto dan uyah asem. Dan, di antara keelokan alam bahari Raja Ampat, makanan lokal kuah kuning dan sinoleh yang berbahan tepung sagu diperkenalkan kepada dunia.

”Semua daerah itu berkesan, tetapi yang paling susah dilupakan adalah Raja Ampat karena perjalanan menuju ke sana begitu panjang. Membuat sinoleh itu juga menantang karena belum pernah nyoba, lihat saja belum pernah” ujar Rinrin.

Rinrin mengatakan, kuliner Nusantara yang beragam dan lezat menambah keistimewaan Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Namun, belum banyak jenis makanan tradisional itu dikenal di dunia. Meskipun lezat, penyajiannya juga cenderung tidak menarik.

Oleh karena itu, dalam Wonderful Indonesia Flavours, penyajian makanan dikreasi dan dimodifikasi menjadi lebih menarik tanpa mengubah keaslian rasa.

”Sekarang makanan Asia sedang booming. Acara ini adalah usaha memperkenalkan makanan Indonesia dan bagaimana penyajiannya bisa ditampilkan lebih menarik,” ujarnya.

Menurut Rinrin, walaupun enak, ragam makanan lokal juga dikenal susah cara memasaknya. Apalagi saat memasaknya dibutuhkan ragam variasi bumbu.

”Sebenarnya sama sekali tidak susah memasaknya. Orang kalau sudah lihat banyak bumbu, jadi malas sehingga terlihat sulit. Jadi, bukan sulit memasaknya, melainkan membutuhkan kesabaran,” ujarnya.

Tobie mengaku terkesima dengan banyaknya jenis bumbu dan tahapan yang diperlukan untuk memasak satu jenis makanan. Hal itu membuatnya kesulitan karena belum terbiasa. Dibandingkan dengan makanan negara lain, seperti makanan Italia yang biasa dimasaknya, memasak makanan Indonesia jauh lebih rumit.

”Saya cukup kesulitan memasak makanan Indonesia karena banyak bumbu dibutuhkan untuk satu makanan saja dan saya tidak familier dengan cita rasanya. Saya tidak terbiasa memasaknya, tetapi saya sangat menikmatinya,” ujar Tobie.

Ia pun mengaku jatuh cinta dengan kelezatan garang asam bumbung Solo. Selain unik cara memasaknya, dengan menggunakan bambu sebagai wadah, kelezatannya menggugah selera.

”Sebagai seorang chef, pengalaman ini sangat menarik karena bisa belajar masakan dari negara yang berbeda,” ujar Tobie.

Pitana mengatakan, Wonderful Indonesia Flavours merupakan salah satu cara mempromosikan kuliner Nusantara sebagai salah satu kekuatan daya tarik wisata.

Asian Food Channel dan Travel Channel dipilih karena memiliki penonton spesifik penggemar kuliner dan pelancong. Apabila evaluasi program ini berdampak positif, pemerintah akan melanjutkan produksi berikutnya.

Program itu diharapkan turut mendongkrak kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan mancanegara yang ditargetkan mencapai 20 juta orang pada tahun 2019. (RWN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com