Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tea Bel Menjaga Persaudaraan Orang Kei

Kompas.com - 04/01/2016, 14:35 WIB
Hubungan Tea Bel memiliki kesamaan dengan hubungan Pela yang berlaku di Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease, dan Pulau Seram. Hubungan tersebut diawali dengan suatu peristiwa, bahkan berupa kekerasan.

Tak ingin ada pertumpahan darah lagi, para leluhur mengangkat sumpah untuk menjadi satu darah. Hal tersebut memiliki konsekuensi sebab Tuhan dan leluhur turut menyaksikan sumpah tersebut.

Jika dilanggar, lanjutnya, orang tersebut akan mengalami berbagai kemalangan, seperti meninggal, gila, atau tidak memiliki keturunan.

Bagi muda-mudi yang telanjur menikah atau pemuda yang terlibat perkelahian, secepatnya mendatangi tua adat untuk memohon agar dilakukan upacara permintaan maaf kepada Tuhan dan leluhur. Orang Kei sangat meyakini hal tersebut.

Dengan memegang teguh persaudaraan, kedamaian akan sendirnya tercipta. Jarang terdengar orang Kei bertikai atas dasar perbedaan agama. Keturunan Kei umumnya memeluk agama Islam, Katolik, dan Kristen Protestan.

Peristiwa kekerasan di sana biasanya terjadi karena menyerobot lahan orang lain atau menyakiti perempuan. Masyarakat Kei menempatkan perempuan pada posisi terhormat.

Persaudaraan tanpa melihat agama itu terbukti ketika Maluku dilanda konflik sosial bernuansa agama pada 1999. Konflik yang bermula di Ambon menyebar begitu cepat ke hampir semua daerah di Maluku, termasuk Kepulauan Kei.

Namun, konflik di Kei hanya bertahan selama tiga bulan sebab persaudaraan di Kei sangat kuat, dan itu diakui kebanyakan warga Maluku. Sementara konflik di Ambon baru reda pada tahun 2005.

Pesan perdamaian dalam Tea Bel juga tidak hanya berlaku bagi sesama keturunan Kei, tetapi juga antara warga Kei dan orang suku lain.

Dilarang melukai orang dari suku lain sebab dalam adat Kei, nilai kemanusiaan sangat dijunjung tinggi. Leluhur Kei telah merumuskan hal tersebut dalam hukum yang berisi tujuh pasal, yakni Hukum Larvul Ngabal.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon S Tiwery mengatakan, Tae Bel berhasil mengelola keberagaman di Kei, dan ini bisa menjadi referensi bagi daerah lain.

Ia pun berharap agar upacara tersebut dimaknai oleh semua warga Ohoivut dan Nufit. Ia yakin, daerah itu bakal aman sebab warganya tidak mungkin digoyang isu perpecahan yang masih terjadi di sejumlah daerah. (FRANSISKUS PATI HERIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com