Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sop Buntut Langganan Istana

Kompas.com - 08/01/2016, 12:35 WIB
Nuni sendiri mengaku belum berani ikut memasak. Ia lebih banyak mengurusi kasir dan keuangan.

”Yang masak ibu. Saya tahu resep dan konsistensi rasanya, tetapi belum berani turun ke dapur. Paling bantu-bantu mengikat daging,” kata Nuni seraya menyebutkan resep sop buntut yang berisi bawang putih, bawang merah, lada, dan daun bawang.

Demikian pula dengan sepupu Nuni, Ira Harinisa (32) yang lebih banyak mengurusi kasir di warung. Sang ibu, Imas, yang memasak sop buntut. ”Kalau tamu lagi ramai, tenaga kerja kewalahan, saya ikut turun melayani tamu,” kata Ira.

Keempat warung ini paling ramai pada jam makan siang selain pada saat sarapan. Warung akan tutup ketika persediaan buntut yang dimasak habis. Biasanya tidak lama setelah waktu makan siang.

Bahkan, di akhir pekan, menurut Ira, sop buntutnya bisa habis hanya dalam 1-2 jam saja. Di akhir pekan, warung sop buntut Ma’emun akan rampai oleh orang Jakarta yang berpelesir ke Bogor. Warung buka setiap hari, kecuali saat Idul Fitri, Idul Adha, dan ada acara keluarga.

Terbatasnya pasokan bahan baku, yakni buntut, membuat keempat warung hanya menyajikan sop sesuai ketersediaan buntut. Sekali-sekali pernah terjadi, ketiadaan pasokan buntut membuat warung terpaksa libur.

”Kami pakai buntut segar yang dibeli langsung dari pejagalan. Kalau pakai buntut yang dibekukan, nanti hasilnya benyek,” kata Nuni.

Favorit di kalangan istana

Sop buntut Ma’emun rupanya menjadi favorit kalangan Istana Bogor, setidaknya seperti diceritakan Ira dan Nuni. Menurut Ira, warungnya pernah kedatangan orang yang memesan sop buntut untuk disuguhkan kepada presiden. Saat itu, masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

”Kalau Pak SBY sih memang belum pernah datang langsung. Namun, orang istana yang datang menginformasikan kalau sop buntut itu untuk Pak SBY. Biasanya yang dipesan sop buntut dan emping,” kata Ira.

Pesanan sop buntut juga datang ke warung yang dikelola Nunung dan Nuni. Beberapa kali, pesanan itu diiringi dengan warungnya yang kemudian ramai dijaga oleh petugas berseragam.

”Pernah pesan 100-150 porsi. Kalau pas ke sini, jalanan di depan ramai dijaga petugas dan PM (polisi militer),” kata Nunung. (SRI REJEKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com